Timnas Indonesia
Andre Rosiade Murka Usai Alex Pastoor Sebut Timnas Indonesia Tak Logis ke Piala Dunia 2026
Ucapan mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, memantik amarah banyak pihak di Tanah Air.
TRIBUNKALTIM.CO - Ucapan mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, memantik amarah banyak pihak di Tanah Air.
Dalam wawancaranya dengan media Belanda Voetbal International, pelatih berpaspor Belanda itu menilai bahwa peluang Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 merupakan hal yang tidak logis.
Komentar itu muncul hanya beberapa hari setelah PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) resmi memutus kontrak Pastoor beserta tim pelatih lainnya, termasuk pelatih kepala Patrick Kluivert, usai kegagalan Timnas Garuda di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Kekalahan beruntun dari Arab Saudi (2–3) dan Irak (0–1) membuat Timnas Indonesia harus mengubur mimpi melaju ke putaran kelima.
Baca juga: Alex Pastoor Buka Suara Pasca Pemecatan Patrick Kluivert, Target Piala Dunia 2026 Terlalu Berat
Namun, bukan hanya publik yang tersinggung oleh pernyataan tersebut.
Salah satu sosok yang paling keras bereaksi adalah Andre Rosiade, anggota DPR RI sekaligus petinggi klub Semen Padang FC.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya pada Selasa, 21 Oktober 2025, Andre Rosiade meluapkan kemarahan atas pernyataan Pastoor yang dianggap merendahkan perjuangan Timnas Indonesia dan suporter Merah Putih.
Andre Rosiade: “Dasar Londo! Kalian yang Tidak Serius!”
Andre Rosiade menilai ucapan Alex Pastoor yang menyebut Timnas Indonesia “tak logis lolos ke Piala Dunia” tidak hanya menyinggung harga diri bangsa, tetapi juga tidak mencerminkan profesionalitas seorang pelatih.
Dalam unggahan Instagram-nya, ia menulis dengan nada tajam dan emosional:
“Dasar Londo. Bagaimana mau lolos ke Piala Dunia kalau selama di Saudi simulasi taktik dan latihan game plan saja enggak pernah ada. Silakan BTN dan PSSI bantah pernyataan saya kalau saya menebar hoaks,” tulis Andre Rosiade.
Istilah “Londo” adalah sebutan informal dalam bahasa Jawa yang berarti “orang Belanda.”
Menurut Andre Rosiade, kegagalan Timnas Indonesia justru disebabkan oleh ketidakseriusan tim pelatih asal Belanda, termasuk Pastoor dan Kluivert.
Ia menuding bahwa selama masa persiapan di Arab Saudi, tim pelatih tidak pernah mengadakan sesi taktik yang jelas atau simulasi strategi permainan (game plan).
“Kalian yang tidak serius. Kalian yang tidak becus. Kalian sudah hancurkan mimpi kami ke Piala Dunia. Sekarang kalian keluarkan sejuta alasan,” tulisnya lagi di kolom caption.
Andre juga menantang BTN (Badan Tim Nasional) dan PSSI untuk membuktikan pernyataannya salah jika ia dianggap menyebarkan fitnah.
Baginya, komentar Pastoor yang mengatakan bahwa lolos ke Piala Dunia adalah “tidak logis” menunjukkan sikap lepas tangan atas kegagalan yang terjadi.
Pernyataan Kontroversial Alex Pastoor
Dalam wawancara eksklusif dengan media Belanda Voetbal International, Alex Pastoor mengakui bahwa dirinya tidak terkejut dengan pemecatan yang dilakukan PSSI. Ia menyebut keputusan tersebut “logis”, mengingat atmosfer negatif yang berkembang setelah kegagalan di kualifikasi.
“Anda sudah terlalu lama berkecimpung di dunia sepak bola untuk terkejut dengan hal ini,” ujar Alex Pastoor.
Pastoor juga mengungkapkan bahwa sejak awal, proyek Timnas Indonesia yang dijalankan bersama Kluivert bukan hanya berfokus pada target jangka pendek seperti lolos ke Piala Dunia 2026, melainkan juga pembangunan jangka panjang sistem pembinaan pemain muda. Namun, proyek itu menurutnya terhenti akibat pemecatan massal staf pelatih.
“Saya pikir mereka sedang mengerjakan proyek yang akan berlangsung lebih lama dari sekadar mencoba mencapai Piala Dunia. Tapi jika sentimen berubah menjadi sangat negatif, Anda juga harus bertanya-tanya seperti apa atmosfer yang akan Anda hadapi,” ujarnya.
Dalam penjelasannya, Pastoor merinci tiga poin utama dari proyek jangka panjang yang sebelumnya telah disepakati dengan PSSI:
- Target jangka pendek: membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 — meskipun ia menilai hal itu “tidak mudah ataupun tak logis” mengingat peringkat Indonesia masih berada di posisi ke-119 dunia.
- Target menengah: memberikan tanggung jawab kepada Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen untuk merekrut dan mengembangkan pemain lokal di tim U-23 dan U-20.
- Target jangka panjang: menarik lebih banyak pemain kompetitif di tingkat nasional untuk memperkuat pondasi sepak bola Indonesia di negara berpenduduk 280 juta jiwa.
“Ketiga, dalam jangka panjang, mendatangkan lebih banyak pemain yang kompetitif untuk level ini di negara berpenduduk 280 juta jiwa. Jordi Cruyff ditunjuk sebagai penasihat dan Alexander Zwiers sebagai direktur teknis. Sekarang semua orang sudah disingkirkan,” tutur Pastoor.
Dengan demikian, berakhir sudah yang disebut publik sebagai “gerbong Belanda” di tubuh Timnas Indonesia.
Gerbong ini terdiri dari pelatih kepala Patrick Kluivert, asisten Alex Pastoor dan Denny Landzaat, penasihat teknis Jordi Cruyff, serta direktur teknik PSSI Alexander Zwiers.
Proyek Jangka Panjang yang Gagal Total
Pastoor menambahkan bahwa proyek bersama PSSI sebenarnya dirancang untuk membangun fondasi sepak bola nasional yang lebih kuat, bukan hanya mengejar prestasi sesaat.
Namun, kegagalan di putaran keempat kualifikasi membuat semua rencana itu buyar.
“Sejauh yang saya pahami, kesepakatan itu ada tiga poin,” ujarnya menegaskan.
“Akan hebat jika bisa mencapai Piala Dunia. Namun, sebagai tim peringkat ke-119 dunia, itu tidak mudah ataupun tak logis. Kedua, Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen akan berusaha merekrut pemain lokal ke tim U-23 dan U-20. Terakhir, menarik lebih banyak pemain kompetitif di level ini dalam jangka panjang.”
Ia juga menilai bahwa perbedaan kualitas antara pemain Indonesia dan negara-negara besar Asia seperti Jepang, Korea Selatan, serta Arab Saudi menjadi tantangan terbesar.
“Sebenarnya, baik di lapangan maupun di staf kepelatihan, kami berusaha menjelaskan kepada para pemain apa yang diharapkan dari mereka. Saya rasa kami telah melakukan itu sepenuhnya. Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkan negara-negara sekaliber ini,” ucap Alex Pastoor.
Meskipun demikian, pelatih berusia 58 tahun itu tetap memberikan pandangan positif terhadap masa depan sepak bola Indonesia. Ia memuji antusiasme tinggi masyarakat Indonesia terhadap olahraga ini.
“Ada begitu banyak antusiasme di sana tentang sepak bola dan, pada awalnya, tentang kehadiran kami juga,” katanya. “Akibatnya, Anda harus menjamin bahwa Anda akan berhasil. Tapi itu tidak pernah dibahas.”
Hingga kini, PSSI belum memberikan klarifikasi resmi terkait siapa saja yang benar-benar diakhiri kontraknya.
Dalam pernyataan resmi sebelumnya, PSSI hanya menyebut pemutusan kerja sama dengan jajaran pelatih Timnas senior, tanpa menyinggung secara eksplisit nasib Jordi Cruyff maupun Alexander Zwiers.
Di sisi lain, desakan publik agar Shin Tae-yong (STY) kembali menukangi Timnas Indonesia semakin menguat.
Banyak suporter menilai, era Kluivert dan Pastoor gagal memberikan arah permainan yang jelas bagi skuad Garuda.
Sementara itu, reaksi Andre Rosiade menjadi gambaran nyata kekecewaan publik Indonesia terhadap ucapan Alex Pastoor.
Bagi Andre, pernyataan itu bukan sekadar pendapat, melainkan bentuk pelecehan terhadap perjuangan pemain, pelatih lokal, dan jutaan suporter yang berharap melihat Merah Putih tampil di panggung dunia.
“Kalian sudah hancurkan mimpi kami ke Piala Dunia. Sekarang kalian keluarkan sejuta alasan,” tegas Andre Rosiade.
Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Petinggi Semen Padang Murka usai Alex Pastoor Ucap Timnas Indonesia Tak Logis ke Pildun: Dasar Londo
Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Alex Pastoor Tidak Kaget Berpisah dengan Timnas Indonesia, Kenapa?
Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Alex Pastoor Ungkap Jordi Cruyff dan Alexander Zwiers Ikut Didepak dari Timnas Indonesia usai Gagal ke Piala Dunia 2026
Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Kesepakatan PSSI dan Tim Pelatih Belanda Berakhir, Tersisa Simon Tahamata?

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.