Berita Samarinda Terkini
Kisah Pedagang di Terminal Resmi Samarinda Legawa Pendapatan Pas-pasan, Ikhlas Ada Terminal Bayangan
Kisah pedagang di terminal resmi Samarinda legawa pendapatan pas-pasan. Ikhlas ada terminal bayangan di Samarinda Seberang, Samarinda, Kaltim.
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tengok kisah pedagang di terminal resmi Samarinda legawa pendapatan pas-pasan.
Mereka ikhlas ada terminal bayangan di Samarinda Seberang, Samarinda, Kaltim yang beroperasi hingga saat ini.
Jumat (29/8/2025), suara riuh bus siang itu terdengar silih berganti keluar dari Terminal Resmi Sungai Kunjang, Samarinda. Dari kejauhan, klakson bersahut-sahutan, mengiringi aktivitas keluar-masuk bus.
Terminal Tipe B Sungai Kunjang terletak di Jalan Untung Suropati, Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda.
Terminal ini melayani berbagai rute darat penting, termasuk ke Balikpapan, Kecamatan Kutai Kartanegara, Kota Bangun, Muara Kaman, Senoni, Kutai Barat, Melak, dan Tanjung Isuy.
Baca juga: Dishub Kaltim Siapkan Regulasi Terminal Bayangan, Masyarakat Minta Akses Lebih Mudah
Di salah satu sudut terminal, warung kecil milik Sudarmi, 56 tahun, menjadi tempat singgah para sopir maupun penumpang sekadar untuk menyeruput kopi panas atau menyantap nasi campur.
Sudarmi sudah berjualan di terminal itu hampir dua dekade.
Warungnya sederhana, menjual aneka snack, minuman, hingga makanan berat di etalase kaca yang berada tepat di depan pintu keluar terminal.
Baginya, terminal bukan sekadar tempat orang berangkat dan datang, melainkan ruang hidup yang menafkahi keluarganya.
Namun, beberapa tahun terakhir, muncul fenomena terminal bayangan di Jalan APT Pranoto, Samarinda Seberang.
Lokasi itu kerap dijadikan titik singgah bus setelah keluar dari terminal resmi.
Sebagian penumpang memilih naik di sana karena akses ke transportasi online lebih mudah. Meski begitu, Sudarmi mengaku tidak merasa usahanya terpengaruh.
“Cuma kalau yang di seberang (terminal bayangan) enggak sih, kasihan masyarakat juga kalau yang dihapus,” ujarnya, Jumat (29/8/2025)
Menurutnya, penumpang yang sudah berada di Samarinda Seberang tentu lebih memilih naik dari sana daripada harus menyeberang kembali ke Sungai Kunjang.
“Kalau yang di seberang enggak, soalnya mereka memang sudah di sana. Kalau ke sini kan tambah ongkos lagi,” katanya.
Ia menilai, keberadaan terminal bayangan lebih banyak membantu para sopir bus mencari tambahan penumpang.
“Macam bus kan kalau cuma di sini berapa orang aja. Jadi cari tambahan penumpang di seberang, kasihan juga sopir,” tutur Sudarmi.
Baca juga: Dilema Terminal Bayangan Jalan APT Pranoto, Jadi Pilihan Warga Samarinda, Ditegur Satpol PP Kaltim
Cerita-cerita seperti itu sering ia dengar dari para sopir yang singgah di warungnya. Seiring perkembangan zaman, tantangan transportasi juga berubah.
Kini, layanan transportasi online dan mobil pribadi menjadi pesaing baru angkutan umum.
“Begini-begini aja, kan sudah banyak online, banyak mobil pribadi, maklumnya saja sudah,” ucapnya.
Bagi Sudarmi, terminal bayangan bukanlah hal baru. Ia kerap mendengar keluhan sopir yang harus berpindah-pindah tempat menunggu penumpang.
“Terminal bayangan itu sudah dari dulu. Iya, sudah berapa kali dipindah-pindah. Kasihan juga sih, sopir-sopir bingung,” katanya.
Selain soal sopir, ia juga menyoroti penumpang yang mesti mengeluarkan ongkos tambahan jika dipaksa masuk ke terminal resmi.
“Baru yang dari seberang kesini (Terminal Sungai Kunjang) ongkosnya kan banyak juga, kasihan. Harusnya bisa buat beli minum atau kebutuhan lain, malah nambah ongkos,” ujarnya.
Meski begitu, pendapatannya tetap stabil. Dalam sehari ia bisa membawa pulang ratusan ribu, meski harus kembali diputar untuk belanja bahan dagangan.
“Ya masih begitu aja lah, yang penting ada buat hidup kan,” kata Sudarmi.
Ia pun tak banyak menuntut. Bagi ibu dari lima anak ini, yang penting dapur tetap mengepul dan kebutuhan keluarga tercukupi, meski harus hidup sederhana.
“Kadang sampai ratusan, enggak tentu juga. Tapi dipakai mutar lagi buat beli bahan,” ujarnya.
Dengan penghasilan dari warungnya itu, Sudarmi berusaha untuk tetap berusaha mencukupi segala kebutuhannya.
“Cukup aja, dicukup-cukupkan,” pungkasnya. (Raynaldi Paskalis)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.