Berita Berau Terkini

Tak Ada Tenaga Pengajar, Anak SD di Kampung Mapulu Berau Harus Bersekolah di Kampung Panaan 

Anak Kampung Mapulu harus bersekolah di Kampung Panaan yang berada disebelah kampung mereka

Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Nur Pratama
HO Vid Iis
SEKOLAH DI BERAU - Potongan gambar beberapa siswa SD dari Kampung Mapulu yang harus menyebrangi sungai menuju Panaan. Mereka berganti baju sekolah ketika usai menyebrang. (HO Vid Iis) 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Kampung Mapulu, Kecamatan Kelay, memilki satu bangunan Sekolah Dasar (SD) namun sejak dibangun hingga kini tak pernah digunakan. 

Karena hal itu, anak Kampung Mapulu harus bersekolah di Kampung Panaan yang berada disebelah kampung mereka.

Sekertaris Kampung Mapulu, Iis menepis adanya perkataan bahwa orangtua di kampung Mapulu tidak menyekolahkan anak mereka. Tetapi tenaga pengajar di SD tersebut tidak ada. 

Baca juga: Kepala Bapenda Berau Khawatir Jika Royalti Musik Berlaku Pebisnis Kafe bisa Naikkan Harga 

“Bukan tidak disekolahkan, tapi tidak ada guru yang mengajar di SD di Mapulu,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Jumat (5/9/2025).

Dirinya pun telah menghadap kepada Dinas Pendidikan untuk meminta solusi. Tidak adanya tenaga pengajar di SD Mapulu, dikarenakan terbentur aturan tak boleh mengangkat tenaga Honorer.

Dikatakan Iis ia telah beberapa kali datang ke Dinas Pendidikan Berau, yang berada di Kota Tanjung Redeb. Pihaknya menempuh jarak kurang lebih 6 jam untuk meminta bantuan, tatapi hingga saat ini nihil.

“Jawaban mereka selalu terkendala aturan, tapi apa tidak ada solusi lainnya? Kami juga tidak bisa langsung menghadap kepada Bupati Berau,” tegasnya.

Hal yang menjadi kekhawatiran pihak kampung saat ini adalah akses murid menuju Kampung Panaan yang terhalang jembatan putus.

Saat ini, para murid yang mau bersekolah, harus menyebrangi arus sungai. Meski jarak menyebrangnya tidak jauh, namun anak sekolah dasar masih tergolong kecil untuk melewati medan itu menurut Iis.

Jika saat arus deras, biasanya mereka tak diperbolehkan untuk menyebrang dan libur sekolah. Perahu yang digunakan adalah perahu rakyat, dan tak perlu membayar ongkos lagi. 

“Saat ini akses jembatan putus, masih dalam perbaikan. Karena itu akses utama, terpaksa harus menggunakan ketinting,” terangnya.

Ia berharap, kampung yang baru melepas status tertinggal itu, dapat dicarikan solusinya untuk kesejahteraan pendidikan. Penduduk Mapulu saat ini dihuni kurang lebih 30 kepala keluarga. 

“Kadang kami pemerintahan kampung juga tidak tega dengan anak yang harus menyebrang,” tutupnya. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved