Berita Mahulu Terkini

Kepala Adat Ujoh Bilang Jelaskan Makna Sesajian Saat Napoq Balaan yang Dihadiri Bupati Mahulu

Penyambutan Bupati Mahakam Ulu yang baru dilaksanakan dengan ritual adat Napoq Balaan

Penulis: Desy Filana | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/DESY FILANA
ADAT NAPOQ BALAAN - Upacara adat Napoq Balaan, Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mahakam Ulu di Dermaga Ujoh Bilang pada Sabtu 4 Oktober 2025. (TRIBUNKALTIM.CO/DESY FILANA) 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG – Penyambutan Bupati Mahakam Ulu yang baru dilaksanakan dengan ritual adat Napoq Balaan di Kampung Ujoh Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Kepala Adat Ujoh Bilang, Amundus Lah, menjelaskan prosesi ini sebagai bentuk penghormatan sekaligus laporan kepada leluhur bahwa ada tamu terhormat yang hadir di kampung.

Menurutnya, tujuan utama ritual ini adalah untuk memohon perlindungan leluhur kepada para tamu yang datang, khususnya pemimpin yang akan mengemban tugas besar di wilayah Mahakam Ulu

“Kita menyampaikan kepada leluhur supaya mereka menjaga dan melindungi tamu, terutama pemimpin yang baru, agar bisa menjalankan tugas dengan baik,” ujarnya, Sabtu (4/10/2024).

Baca juga: BPBD Mahakam Ulu Pasang Tarup di Dermaga Ujoh Bilang untuk Sambut Bupati Baru

Dalam prosesi Napoq Balaan, digunakan berbagai perlambang adat. 

Salah satunya telur yang diletakkan dia atas bambu yang di belah ujungnya lalu diletakan sepotong daun pisang sebagai alasnya. 

Dijelaskan bahwa telur dipilih karena melambangkan kehidupan yang masih dingin, adem, dan belum mengandung darah. 

Filosofi ini diartikan sebagai harapan agar yang hadir senantiasa terhindar dari gangguan dan tetap dalam keadaan tenang.

Selain telur, beras biasa juga dihadirkan sebagai media penyampaian pesan kepada leluhur. 

“Melalui beras inilah kita memanggil, menyampaikan, dan memberitahukan kepada leluhur,” jelasnya. 

Ia menegaskan, masyarakat percaya leluhur hadir ketika ritual dilaksanakan, sehingga doa dan harapan untuk keselamatan pemimpin dapat disampaikan.

Ditambahkan juga bahwasanya setiap barang yang digunakan dalam sesajian bukan sembarangan. 

Semua memiliki makna dan fungsi masing-masing dalam upacara. 

Salah satunya parang ditancapkan di tanah, yang menjadi simbol kekuatan jiwa dan roh manusia yang keras, kokoh, dan tahan ujian.

“Besi itu melambangkan jiwa kita, sama kerasnya dengan besi. Itulah simbol bahwa roh kita harus kuat,” pungkasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved