Berita Kaltim Terkini

5 Daerah di Kalimantan Timur dengan Penduduk Berusia 0-14 Tahun Terbanyak

Kelompok ini menjadi indikator penting dalam melihat struktur demografi dan potensi masa depan tenaga kerja di suatu daerah

Grafis TribunKaltim.co/canva
PENDUDUK DI KALTIM - Ilustrasi anak-anak yang diolah dari aplikasi Canva. Berikut 5 daerah di Kalimantan Timur dengan persentase penduduk 0-14 tahun terbanyak (Grafis TribunKaltim.co/Canva) 

TRIBUNKALTIM.CO - Kelompok usia 0–14 tahun dikenal sebagai kelompok usia muda atau usia belum produktif, yakni penduduk yang umumnya masih bergantung pada orang tua dan belum sepenuhnya memasuki dunia kerja.

Kelompok ini menjadi indikator penting dalam melihat struktur demografi dan potensi masa depan tenaga kerja di suatu daerah.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur melalui hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024, penduduk usia 0–14 tahun di provinsi ini mencapai 24,80 persen dari total populasi.

Artinya, hampir seperempat warga Kalimantan Timur masih tergolong anak-anak dan remaja yang berada dalam masa pendidikan dasar hingga menengah.

Sementara itu, kelompok usia 15–64 tahun, yang dikategorikan sebagai usia produktif, mendominasi dengan persentase 69,76 persen.

Baca juga: 5 Daerah di Kalimantan Timur dengan Penduduk Berusia 65 Tahun ke Atas Terbanyak

Adapun kelompok usia 65 tahun ke atas hanya sebesar 5,44 persen.

Data ini menunjukkan bahwa Kalimantan Timur memiliki struktur penduduk muda dengan beban ketergantungan relatif rendah karena sebagian besar penduduk berada di usia produktif.

Berikut 5 daerah dengan persentase penduduk 0-14 tahun paling banyak:

1. Kota Balikpapan – 27,86 Persen

Kota Balikpapan menjadi daerah dengan persentase penduduk usia 0–14 tahun tertinggi di Kalimantan Timur, yakni 27,86 persen.

Angka ini menunjukkan bahwa hampir tiga dari sepuluh penduduk Balikpapan merupakan anak-anak atau remaja.

Sebagai kota industri dan jasa, tingginya proporsi usia muda menandakan laju kelahiran yang masih stabil serta potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang melalui regenerasi penduduk.

2. Kota Bontang – 26,10 Persen

Kota Bontang mencatat 26,10 persen penduduk berusia 0–14 tahun, menempatkannya di posisi kedua.

Meskipun dikenal sebagai kota industri dengan basis kimia dan energi, Bontang juga menunjukkan dinamika keluarga muda yang tinggi.

Kondisi ini mencerminkan masih tingginya tingkat kelahiran di kalangan pekerja usia produktif yang menetap di kota tersebut.

3. Kabupaten Kutai Timur – 26,03 Persen

Di urutan ketiga terdapat Kabupaten Kutai Timur dengan 26,03 persen penduduk berusia 0–14 tahun.

Kutai Timur merupakan wilayah dengan aktivitas pertambangan dan perkebunan yang berkembang pesat.

Besarnya kelompok usia muda di daerah ini berpotensi menciptakan tenaga kerja lokal yang melimpah dalam beberapa dekade mendatang, asalkan didukung dengan akses pendidikan dan keterampilan yang memadai.

4. Kabupaten Berau – 26,03 Persen

Persentase usia muda di Kabupaten Berau sama dengan Kutai Timur, yaitu 26,03 persen.

Daerah ini dikenal dengan sektor pariwisata dan perikanan yang berkembang, terutama di kawasan pesisir.

Tingginya jumlah anak dan remaja menunjukkan potensi besar dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya dalam bidang pariwisata berkelanjutan dan ekonomi kreatif di masa depan.

5. Kabupaten Paser – 25,08 Persen

Di posisi kelima terdapat Kabupaten Paser dengan 25,08 persen penduduk usia 0–14 tahun.

Paser merupakan daerah dengan sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang dominan.

Besarnya kelompok usia muda di wilayah ini bisa menjadi peluang untuk memperkuat sektor pertanian modern bila diarahkan pada pendidikan vokasi dan teknologi pertanian.

Secara umum, rata-rata penduduk usia muda di Kalimantan Timur menunjukkan angka cukup tinggi di atas 24 persen di hampir seluruh kabupaten/kota.

Hal ini menandakan potensi bonus demografi yang masih terbuka lebar, di mana generasi muda akan menjadi pendorong utama pembangunan ekonomi daerah.

Namun demikian, tantangan yang muncul adalah bagaimana memastikan kelompok usia 0–14 tahun ini dapat tumbuh dengan akses pendidikan yang merata dan gizi yang cukup, sehingga kelak mampu menjadi generasi produktif yang berkualitas.

Dengan dominasi usia produktif (15–64 tahun) dan dukungan kebijakan pembangunan sumber daya manusia, Kalimantan Timur berpeluang menjadi salah satu provinsi dengan daya saing tenaga kerja terbaik di Indonesia Timur dalam beberapa tahun ke depan.

Kondisi Penduduk Lansia

Urutan Daerah dengan Proporsi Lansia Tertinggi

Berikut lima daerah dengan persentase lansia (65 tahun ke atas) tertinggi di Kalimantan Timur:

 1. Kabupaten Mahakam Ulu (9,47 persen)

Mahakam Ulu memimpin dengan persentase lansia tertinggi sekitar 9,47 persen — hampir dua kali lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi (5,44 persen).

Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki beban demografi lansia yang relatif besar.

Kondisi geografis dan akses layanan kesehatan mungkin menjadi tantangan utama dalam mendukung kualitas hidup lansia di daerah ini.

2. Kabupaten Kutai Barat (7,64 persen)

Kutai Barat memiliki lansia sekitar 7,64 persen dari populasi daerahnya. Angka ini juga jauh di atas rata-rata provinsi.

Daerah ini kemungkinan menghadapi tekanan kebutuhan fasilitas lansia seperti klinik geriatrik, jaminan sosial lansia, dan mobilitas publik yang ramah lansia.

3. Kabupaten Penajam Paser Utara (7,46 persen)

Penajam Paser Utara berada di posisi ketiga dengan proporsi lansia 7,46 persen.

Dalam konteks pemekaran wilayah atau pembangunan infrastruktur pelayanan sosial, daerah ini harus memperhatikan bahwa hampir 1 dari 13 penduduknya adalah lansia.

4. Kabupaten Kutai Kartanegara (6,71 persen)

Kutai Kartanegara mencatat sekitar 6,71 persen lansia.

Meskipun tidak setinggi daerah di atas, angka ini tetap berada di atas rata-rata provinsi dan menunjukkan bahwa beban lansia tersebar juga di kabupaten dengan populasi relatif besar.

5. Kabupaten Paser ( 5,37 persen)

Paser berada di peringkat kelima dengan sekitar 5,37 persen lansia.

Proporsi ini mendekati nilai rata-rata provinsi, tetapi dalam konteks lokal, daerah ini juga perlu memperhatikan kebutuhan sosial dan kesehatan bagi lansia.

Analisis dan Implikasi Kebijakan

- Ketidakseimbangan antar daerah: Beberapa kabupaten di pedalaman (seperti Mahakam Ulu) menunjukkan proporsi lansia jauh di atas rata-rata provinsi, menunjukkan kebutuhan spesifik yang lebih besar.

- Kebutuhan layanan kesehatan dan sosial: Daerah dengan proporsi lansia tinggi memerlukan fasilitas kesehatan khusus, panti jompo, pelayanan gawat darurat, dan program kesejahteraan lansia.

- Mobilitas dan akses: Lansia sering memiliki keterbatasan mobilitas; perlu transportasi publik ramah lansia dan akses ke fasilitas dasar dekat.

- Kebijakan lokal dan anggaran: Pemerintah kabupaten/kota harus mengalokasikan anggaran untuk program lansia—mulai dari pelayanan kesehatan, dukungan sosial, hingga pendidikan dan sosialisasi hak lansia.

Bagaimana Seharusnya Menghadapi Lansia?

Menghadapi lansia bukan sekadar soal perawatan fisik, tetapi juga tentang penghormatan, pemberdayaan, dan perlindungan.

Berikut pendekatan yang seharusnya dilakukan:

1. Pemberdayaan Sosial

Lansia potensial harus diberi ruang untuk tetap aktif dalam kegiatan sosial, budaya, atau ekonomi.

Program seperti posyandu lansia, komunitas belajar, dan kegiatan keagamaan bisa menjadi wadah yang efektif.

2. Pelayanan Kesehatan Terintegrasi

Pemerintah daerah perlu menyediakan layanan kesehatan geriatri yang ramah lansia, termasuk pemeriksaan rutin, rehabilitasi, dan pendampingan psikologis.

3. Perlindungan Hukum dan Ekonomi

Lansia harus dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan kekerasan. Program bantuan sosial seperti PKH Lansia dan Jaminan Sosial Lanjut Usia harus diperluas dan diawasi pelaksanaannya.

4. Pendidikan Keluarga

Keluarga sebagai unit terkecil harus diberi edukasi tentang cara merawat lansia dengan penuh empati.

Pelatihan caregiver informal bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pengasuhan.

5. Infrastruktur Ramah Lansia

Pembangunan fasilitas umum seperti taman, trotoar, dan transportasi harus mempertimbangkan aksesibilitas bagi lansia. Ini bagian dari konsep kota inklusif yang diusung oleh Sustainable Development Goals (SDGs).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved