Tanaman Obat Masih Banyak Dijumpai di Nunukan

Bumi Kabupaten Nunukan masih menyimpan begitu banyak tanaman obat-obatan.

Editor: Fransina Luhukay
NUNUKAN,tribunkaltim.co.id- Bumi Kabupaten Nunukan masih menyimpan begitu banyak tanaman obat-obatan. Dari tanaman obat itu ada yang fungsinya sebagai penawar racun untuk mengurangi kadar racun saat terkena binatang beracun.

Ada juga untuk masalah kewanitaan bahkan ada tanaman obat yang fungsinya untuk menguatkan daya ingat sehingga sangat cocok digunakan bagi mereka yang seringkali lupa.


“Yang jelasnya saat kita melakukan penelitian, untuk dari segi kesehatan kita temukan tanaman obat. Itu memang jarang sekali masyarakat mengetahui. Kalau masyarakat di sekitar situ memang sudah menggunakannya cuma ini belum diekspose keluar. Dan itu jumlahnya masih banyak di sana,” kata Komandan Unit Flora dan Fauna Letda Inf Beta Priono.

Ia berharap, tanaman obat ini tetap terjaga. Karena itu kawasan hutan tempat hidupnya tumbuhan obat ini harus tetap terpelihara. “Memang masyarakat setempat juga menjaga supaya tanaman ini tidak rusak,” ujarnya.

Unit Flora dan Fauna beranggotakan sembilan personil terdiri dari tiga militer sementara sisanya mahasiswa dan personil Pemkab Nunukan. Selama dua setengah bulan, tim melakukan penelitian di tujuh lokasi meliputi Siemanggaris, Sungai Ular, Kanduangan, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Lumbis dan Pulau Sebatik.

Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan ratusan flora dan fauna. Ada juga tanaman langka seperti tiga jenis kantung semar. Tim menemukan ular yang aktif pada malam hari dan memiliki racun yang sangat mematikan. “Kami juga menemui rusa yang populasinya sudah mulai berkurang karena seringkali diburu masyarakat,” ujarnya.

Tim ini bertugas menggali potensi yang ada di bumi Kalimantan terutama flora dan fauna yang diketahui banyak yang langka serta jarang ditemui di pulau pulau yang lain. “Kebetulan kami juga berjalan ke daerah-daerah sekitar perbatasan. Kita juga menemukan di sana jenis hewan langka seperti betantan. Memang bekantan ini mereka hidup di daerah mangrove. Ini banyak kita jumpai di daerah Sungai Ular. Ada sekitar 60-80 ekor yang kita temui. Sepertinya belum terganggu tangan manusia. Mungkin di tempat lain sudah banyak yang rusak,” ujarnya.

Tim ini merekomendasikan, agar semua pihak tetap menjaga kelestarian lingkungan hutan. Sebab jika hutan dilestarikan, dipastikan banyak hewan dan tumbuhan lainnya yang akan hidup di sana.
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved