Pelajar di Samarinda Senang RSBI Dihapus
Bukan sombong, tapi kebanyakan memang anak orang kaya. Kalau dihapus ya senang, masalahnya anak terlalu ditekan
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Fransina Luhukay
"Kebanyakan memang sombong - sombong. Senang dihapuskan, jadi sama," katanya kepada tribunkaltim.co.id, Rabu (9/1/2013).
Citra salah seorang siswi RSBI di Samarinda mengatakan bahwa persoalan dihapusnya RSBI hanya persoalan status. Tidak akan mempengaruhi proses belajar apalagi gengsi.
"Kalau bilang senang ya nggak senang juga. Sebenarnya itu kan hanya statusnya saja. Karena RSBI pungutannya jadi lebih mahal," katanya.
Ia juga sedikit membantah bila siswa RSBI dikatakan seluruh siswa sombong. Namun, ia tidak menampik bahwa sebagian besar siswa di sekolahnya adalah anak - anak yang memiliki orangtua berekonomi mapan.
"Orang - orang itu yang bilang kita sombong. Tapi memang kayaknya sebagian memang iya, sombong. Tapi kan yang penting kualitas siswanya di RSBI," katanya.
Julia Nugraha, salah seorang mantan siswi RSBI mengaku senang dengan dihapusnya status RSBI tersebut.
"Bukan sombong, tapi kebanyakan memang anak orang kaya. Kalau dihapus ya senang, masalahnya anak terlalu ditekan, dipaksa sebelum waktunya," akunya.
Hal itu dibenarkan Kepala Sekolah SMPN 1 Samarinda Joko Iriandono, berdasarkan penuturan siswanya, ada beberapa yang mengaku senang dengan dihapusnya RSBI. Alasannya, siswa tidak perlu lagi mengejar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada setiap mata pelajaran yakni 8.
"Katanya, senang dong Pak nggak harus belajar keras untuk angka 8," kata Joko menirukan siswanya.
Inilah menurutnya yang menjadi dampak dihapuskannya RSBI dimana semangat siswa menjadi berkurang. Joko berharap pemprov Kaltim tetap mempertahankan bahwa harus ada sekolah - sekolah unggulan di Kaltim. Namun, pihaknya mengaku akan mengamankan hal ini dan mendukungnya karena sudah menjadi keputusan Undang - undang.