Meniru Badan Promosi Pariwisata Jabar
Dari Wisata Bandung Raup Rp 200 M dalam Setahun
Sejak terbentuk, Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat terus menggencarkan promisi berbagai objek wisata di wilayahnya
Penulis: Amalia Husnul A | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO, BANDUNG - Tahun 2011 Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) membentuk Badan Promosi Pariwisata Jabar atau West Java Tourism Promotion Board melalui Peraturan Gubernur Nomor 42. Sejak terbentuk, badan itu terus menggencarkan promisi berbagai objek wisata di wilayahnya. Selama empat hari, 7-10 Januari 2015, enam wartawan dari enam provinsi diundang untuk melihat dan menikmati objek wisata unggulan Jabar.
PEMBENTUKAN badan ini merupakan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Mengundang wartawan untuk melihat, merasakan, sekaligus menikmati langsung objek wisata merupakan salah satu upaya promosi. Tribun Kaltim mewakili dari provinsi Kalimantan Timur juga satu-satunya wilayah di pulau Kalimantan.
Lima wartawan lainnya, masing-masing dari Palembang-Sumatera Selatan, Medan-Sumatera Utara, Semarang-Jawa Tengah, Makassar-Sulawesi Selatan, dan terakhir satu jurnalis dari salah satu media berbahasa Inggris.
Meski termasuk salah satu destinasi populer di Indonesia, namun upaya promosi terus dilakukan demi mendongkrak kunjungan wisatawan. "Secara nasional, Jabar menduduki rangking tiga urutan destinasi wisatawan domestik," jelas Deden Hardiawan, Direktur Operasional Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat.
Terlebih lagi saat ini, akses menuju Jabar sudah sangat terbuka. Jalur darat, laut, dan udara sangat terbuka. Awalnya, untuk akses melalui jalur udara, Jabar sangat tergantung dari Jakarta, karena tidak ada penerbangan langsung ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Kini, tercatat sudah ada beberapa penerbangan langsung maupun lanjutan dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, dan Balikpapan. Bahkan ada penerbangan langsung dari dan ke Singapura dan Malaysia. Sementara untuk jalur laut, pintu masuk menuju Jabar dapat melalui Cirebon. "Bahkan ada kapal pesiar yang rutin datang dua kali dalam satu tahun," katanya.
Meski dengan banyaknya akses masuk, Badan Promosi Pariwisata Jabar kesulitan mendata jumlah wisatawan yang masuk. Namun, diyakini jumlah wisatawan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). "Untuk PAD, contoh saja Bandung. Tahun 2014, Bandung dapat meraup sekitar Rp 200 miliar dari pariwisata," imbuh Deden.
Pariwisata kota Bandung terdongkrak lewat kehadiran Trans Studio. "Yang saya lihat, pengunjung yang datang adalah wisatawan lokal dari Palembang, Lampung maupun kota-kota lain di sekitar Jawa dan Sumatera. Mereka pikir daripada ke Makassar, lebih dekat ke Bandung," katanya.
Objek wisata di dalam kota Bandung, tidak selengkap di kabupaten/kota lain. Pariwisata di Bandung berkembang seiring dengan tingginya animo masyarakat untuk berbelanja. Bandung dikenal sebagai kota yang sangat fashionable. Sebut saja pusat-pusat belanja yang terkenal seperti Pasar Baru, Kings, deretan factory outlet, hingga pusat-pusat distro. "Bandung sejak lama memang dikenal sebagai pusat fesyen. Banyak sekali turis yang datang untuk berbelanja. Setiap hari, di Pasar Baru dipadati wisatawan dari Malaysia yang ingin membeli beragam produk busana Muslim. Selain itu, wanita-wanita di Bandung itu terkenal cantik dan modis. Inilah yang menjadi daya tarik Bandung," kata Bintang Irawan S, salah satu pramuwisata yang mendampingi.
Sayangnya, keberhasilan Bandung mendongkrak pendapatan dari pariwisata ini menurut Deden masih belum diiikuti kabupaten/kota lainnya. Namun, kabupaten/kota lainnya juga terus berupaya mengembangkan wisatanya. "Kalau tidak punya, ya menciptakan," kata Deden. Menciptakan daya tarik wisata inilah yang kemudian dijajal Kota Cimahi, salah satu kota yang paling dekat dengan Kota Bandung. Jaraknya hanya sekitar setengah jam melalui jalur darat saat lalu lintas lancar. (*)