Meniru Badan Promosi Pariwisata Jabar
Cimahi Wujudkan Kota Animasi
Dekat dengan Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat (Jabar), menjadi tantangan tersendiri bagi Kota Cimahi untuk menentukan identitas daerahnya.
Penulis: Amalia Husnul A | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO - Dekat dengan Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat (Jabar), menjadi tantangan tersendiri bagi Kota Cimahi untuk menentukan identitas daerahnya. Bandung punya seluruh kegiatan wisata mulai dari sejarah, budaya, belanja, hingga kuliner. Lantas apa yang dapat dipromosikan dari wilayah yang hanya terdiri dari tiga kecamatan dengan luas hanya 4.103,73 hektare ini?
BADAN Promosi Pariwisata Jabar mengundang enam jurnalis untuk mengikuti Famtrip ke objek wisata unggulan Provinsi yang kini dipimpin Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar ini. Enam jurnalis tersebut diundang untuk melihat, merasakan, dan menikmati sederet objek wisata unggulan yang ditawarkan Jabar. Tribun Kaltim, mewakili jurnalis dari Kalimantan, dua jurnalis dari Sulawesi, yakni Deryardli (Sriwijaya Post-satu grup dengan Tribun Kaltim), dan dari Medan (Sumatera Utara), dua dari Jawa (satu dari Semarang dan satu dari jurnalis media berbahasa Inggris, serta seorang jurnalis dari Sulawesi. (BACA: Dari Wisata Bandung Raup Rp 200 M Setahun).
Salah satu wilayah yang ikut dipromosikan adalah Cimahi. Tapi, bukan sebuah tempat wisata melainkan sebuah komunitas Cimahi Creative Association (CCA). Rombongan jurnalis diajak melihat langsung markas CCA di Gedung Baros Information Technology and Creative Centre (BITCC). CCA inilah yang kemudian menjadi cikal bakal industri kreatif di Kota Cimahi. "Cimahi ini tidak punya sumber daya alam. Sementara lahan, kami juga tidak punya karena harmpir sepertiga lahan merupakan lokasi milik pusat pendidikan militer. Karena itulah kami perlu memanfaatkan industri kreatif," kata T Megawati, Kepala Bidang Industri Perdagangan dan Pariwisata, Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata Kota Cimahi.
CCA terbentuk 28 Oktober 2009. Saat ini, CCA mempunyai beberapa sub-sektor kreatif antara lain IT, animasi, dan film.
Pemkot Cimahi mendukung kegiatan ini lewat pembangunan gedung BITC dan pembiayaan operasional gedung, seperti listrik, air, dan cleaning service. "Dari awal konsep CCA ini, Pemkot tidak dapat memberikan support dalam bentuk dana yang besar. CCA harus dapat mandiri. Setiap tahunnya untuk operasional gedung saja yang kami berikan," kata wanita yang akrab disapa Mega ini. (BACA: Pawai Obor Meriahkan Malam Satu Suro di Bandung dan Cimahi).
Awalnya memang sebuah komunitas yang beranggotakan anak-anak muda yang punya jiwa kreatif di bidangnya. CCA tidak hanya eksklusif untuk anak-anak muda Cimahi saja. "Dan seiring perkembangannya, saat ini banyak anak-anak muda dari Yogyakarta, Surabaya, bahkan juga Bandung yang ikut magang dan latihan di CCA ini," kata Rudy Suteja, Kepala CCA.
Yang menarik, magang dan latihan di CCA ini tidak dipungut biaya alias gratis. "Siapa saja silakan datang. Kami menerima siapa saja untuk menjadi anggota," katanya. Rata-rata setiap bulan, CCA menerima 40-80 anak-anak muda yang tertarik mempelajari animasi.
Berawal dari magang dan belajar, jika kemudian memang ada bakat dan cocok, di BITCC kini juga ada Dream Toon sebuah studio animasi milik salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. "Mereka minta anak-anak CCA untuk bekerja di sana. Tapi, kami minta lebih baik jika mereka yang buka studio di sini, sehingga semakin terbuka kesempatan bagi anggota CCA untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka," imbuh Rudy.
Jadilah, Dream Toon menempati satu lantai di gedung BITC. Anak-anak muda yang awalnya hanya belajar di CCA pun direkrut sebagai pekerjanya. Salah satu produknya yang saat ini masih tayang di layar kaca adalah Keluarga Somat. Selain serial masih ada sederet iklan komersial maupun layanan masyarakat yang dibuat tim dari CCA. Nilai kontrak yang paling fantastis yang pernah dicatat adalah Rp 850 juta untuk sebuah iklan komersial berdurasi 2 menit 40 detik.
Namun demikian diakui Mega maupun Rudy, industri kreatif ini sekarang belum mendulang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar. Hanya saja, lewat keberadaan industri kreatif ini, masyarakat juga berkesempatan mendapatkan penghasilan. "Mereka yang belajar ke sini kan perlu tempat menginap juga perlu makan. Dan di sekitar BITCC ini, masyarakat sudah mulai membuka tempat kos dan warung," imbuh Rudy. (BACA: Jadi Calo CPNS, Perempuan Cantik Ini "Ngaku" Disuruh Anggota DPRD)
Menurut Mega, Pemkot Cimahi tidak ingin hanya berfokus kepada apa yang dimiliki daerah tapi menyambut pasar yang ada. "Ke depan, peluangnya besar sekali. Malaysia dulu tidak pernah dikenal sebagai negara animasi. Tapi, sekarang Malaysia punya posisi di dunia animasi, walau di belakangnya juga anak-anak Indonesia," katanya.
Tahun 2015, CCA akan kembali menggelar Baros Animation Festival. Rudy optimis, industri kreatif ini akan semakin berkembang di masa depan. "Indonesia tidak bersaing dengan Jepang atau Korea yang secara teknologi sudah lebih maju. Dan dari segi budaya, itu berbeda. Tapi, pasar Indonesia itu adalah negara serumpun dan ASEAN serta Timur Tengah. Target terbentuk poros animasi Teheran-Kuala Lumpur-Cimahi," katanya.
Cimahi yang tak punya sumber daya alam dan sempitnya lahan memilih mengembangkan industri kreatif. Berbeda dengan Garut yang memiliki wilayah yang cukup luas. Secara umum luasnya wilayah geografis Jawa Barat juga sedikit menyulitkan promosi pariwisata sekaligus tantangan. (*)