Wah, 500 Guru Honorer di PPU Masih Lulusan SMA
Alimuddin mengatakan, jumlah tenaga guru honor semakin bertambah tiap tahun, dan sekarang sudah mencapai 1.162 orang.
Penulis: Samir |
TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, mengingatkan seluruh kepala sekolah mulai tingkat SD sampai SMA agar tidak sembarangan merekrut guru honorer. Sebab, dari 1.162 tenaga guru honor yang ada di PPU, 500 di antaranya masih lulusan SMA.
"Ini kan ngawur namanya. Kalau memang butuh guru cari sesuai dengan kebutuhan, jangan asal angkat tenaga honor guru," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala BKD PPU, Alimuddin.
Jumlah tenaga guru honor yang lulusan SMA itu, kata Alimuddin, terungkap saat hearing di DPRD PPU beberapa waktu lalu. (BACA: 250 Guru Honor di Nunukan Belum Berkualifikasi S1)
Menurutnya, sekolah tidak bisa mengangkat tenaga guru honor, apapun alasannya. Baik menyangkut gaji mereka berasal dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) maupun sumber anggaran lain. Sebab nantinya, semua gaji mereka tetap akan dikembalikan kepada pemerintah dan tidak mungkin bisa diatasi masing- masing sekolah.
Alimuddin mengatakan, jumlah tenaga guru honor semakin bertambah tiap tahun, dan sekarang sudah mencapai 1.162 orang. Mereka (guru honor) juga terkadang iri karena mendapatkan gaji tidak sama dengan tenaga honorer yang lain.
Untuk menyelesaikan masalah ini katanya, dalam waktu dekat BKD akan kembali melakukan pertemuan, termasuk melibatkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora). (BACA: 7.000 Guru Honor di Samarinda Bakal Alih Profesi)
Saat ditanya mengenai rencana untuk memutus kontrak mereka, Alimuddin belum bisa memberikan jawaban. "Itu sulitnya. Karena bila nanti ada masalah tidak lari ke sekolah, tapi semua permasalahan diserahkan kepada pemerintah. Sementara, mereka itu diangkat sekolah," ucapnya.
Bukan hanya itu, pihaknya juga akan membicarakan mengenai penempatan guru secara merata di sekolah- sekolah. Jangan sampai ada sekolah yang kelebihan guru, sementara di sekolah lain malah kekurangan. (*)