8 Mei, Pesawat Luar Angkasa tanpa Awak Diperkirakan Jatuh ke Bumi
Pesawat bernama Progress M-27M dirancang untuk mengantarkan makanan, air minum, bahan bakar, oksigen dan pakaian untuk enam awak
TRIBUNKALTIM.CO - Badan ruang angkasa Rusia, Roscosmos memperkirakan bahwa sebuah pesawat luar angkasa akan jatuh ke Bumi dan terbakar pada Jumat (8/5/2015) di antara jam 01:23 dan 11:55 waktu Moskow.
Pesawat milik Rusia itu telah kehilangan kendali sejak peluncurannya Selasa lalu dari Kazakhstan. Pesawat kargo tanpa awak tersebut mengangkut peralatan seberat tiga ton, dan akan langsung hancur ketika memasuki atmosfer Bumi.
Setiap pecahannya yang jatuh ke Bumi seharusnya jatuh di laut dan bukan di daratan.
Pesawat bernama Progress M-27M dirancang untuk mengantarkan makanan, air minum, bahan bakar, oksigen dan pakaian untuk enam awak di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station), yang mengorbit sekitar 420 km di atas Bumi.
Tapi menyusul kegagalan komunikasi, pesawat itu mulai di luar kendali. BACA juga: Misteri Pesawat Hilang 54 Tahun Lalu Akhirnya Ditemukan
Sejak itu pesawat telah perlahan-lahan turun, dan mengorbit Bumi dalam pola yang mengitari Amerika Serikat bagian timur, Kolombia, Brazil dan Indonesia.
Badan ruang angkasa Rusia menyebutkan: “Hanya beberapa bagian kecil dari unsur badan pesawat akan jatuh ke permukaan planet ini.”
Minggu lalu, Cathleen Lewis, seorang ahli program luar angkasa Rusia dari Institut Smithsonian National Air and Space Museum di Washington mengatakan: “Kemungkinan bahwa bagian pesawat akan jatuh dan mengenai seseorang sangat kecil atau hampir tidak mungkin.”
Sebuah komisi khusus telah dibentuk di Rusia untuk mencari tahu mengapa Progress M-27M gagal. Pada tahun 2011, sebuah pesawat lainnya juga hancur tidak lama setelah lepas landas di Siberia.
Walaupun Progress M-27M gagal mengantarkan kargo ke ISS, para astronot di sana masih memiliki persediaan cukup hingga pengiriman berikutnya pada tanggal 19 Juni.
Seorang juru bicara Roscosmos mengatakan kepada Reuters, seperti dilansir dari BBC, bahwa kerugiannya mencapai 2.59 miliar rubel atau Rp 663 miliar. (*)