Taufiq Khawatir Jembatan Mahkota II Roboh Seperti Jembatan Kukar
Beban maksimal yang harus ditanggung pylon sendiri sebelum benar-benar tersambung sekitar 450 ton
Penulis: Doan E Pardede |
Laporan wartawan TribunKaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Konsultan pengawas jembatan Mahkota II, PT Perentjana Djaja, mengakui bahwa proses pemasangan bentang tengah yang sedang berjalan saat ini, tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Di awal pemasangan beton bentang dari kedua sisi menuju ke tengah, kata Taufiq dari PT Perentjana Djaja di ruangannya, Senin (24/8/2015), kondisi tiang utama (pylon) masih baik-baik saja.
Namun semakin panjang beton bentang yang terpasang, ternyata kondisi pylon mengalami pergerakan menjorok ke arah tengah karena tidak kuat menahan beban beton dan alat pemasang (traveler).
Beban maksimal yang harus ditanggung pylon sendiri sebelum benar-benar tersambung sekitar 450 ton (beton bentang seberat 300 ton dan alat seberat 150 ton).
LIHAT JUGA: BERITA FOTO: Besi Pagar Jembatan Mahkota II Lenyap
Sebenarnya kata dia, pergerakan pylon sudah mulai diketahui pada November 2014 lalu. Namun baru-baru ini, pergerakan tersebut mulai dirasa mengkhawatirkan dan perlu dilakukan penanganan-penanganan demi keamanan selama pengerjaan.
"Waktu kita mengecor, sudah begini-begini dia (pylon)," kata Taufiq menirukan sebuah benda yang semula tegak kemudian bergoyang-goyang dengan tangannya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yakni patahnya pylon kata Taufiq, diperlukan penambahan back stay senilai Rp 21 miliar, agar kedua pylon tadi kaku.
Back stay ini berupa 4 buah kabel (2 pasang) sepanjang 190 meter yang akan menahan pergerakan pylon ke tengah tadi.
Kabel akan mengikat kedua pylon dengan bangunan lain di kedua sisi arah jembatan pendekat dan membuatnya tidak bergerak-gerak lagi.
"Ini kita antisipasi, masa Kaltim dua kali sih kejadian (jembatan runtuh). Sedia payung sebelum hujanlah. Kalau ini patah, ke seluruh dunia ini," katanya.
Memang harus diakui kata Taufiq, penambahan back stay ini memang tidak pernah sekalipun terbersit. Namun dalam dunia konstruksi menurutnya, adanya perubahan dari rencana awal lumrah terjadi.
Semua proyek kata dia, jika ditengah perjalanan terjadi sesuatu yang menurut hitungan teknis mengkhawatirkan, harus diambil solusi untuk menimimalisir resiko-resiko yang mungkin terjadi.
"Bukan saya menghindar atau nggak mau salah. Nggak usah jauh-jauh, Jembatan Sukarno di Manado sampai sekarang permasalahannya itu disini. Kita hanya manusia, perencanaan sempurna itu hanya Tuhan yang bisa. " katanya. (*)
***
UPDATE berita eksklusif, terbaru, unik dan menarik dari Kalimantan. Cukup likes fan page fb TribunKaltim.co atau follow twitter @tribunkaltim