Tanggul Jebol Kedengaran Seperti Gemuruh Tsunami, Satu Orang Tewas

Hujan deras yang mengguyur Kota Samarinda menimbulkan bencana bagi warga Loa Bakung, Sungai Kunjang.

TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HP
Rumah Siti Aminah hancur dihantam air dari jebolnya tanggul parit Kampung Pal Besi Loa Bakung RT 52, Samarinda, Kalimantan Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hujan deras yang mengguyur Kota Samarinda menimbulkan bencana bagi warga Loa Bakung, Sungai Kunjang.

Selain banjir, hujan lebat disertai angin kencang membuat tanggul penahan air dari aliran air bekas lubang tambang jebol. Dua bangunan rumah warga hanyut.

Tak hanya meratakan bangunan rumah, sejumlah kendaraan bermotor terendam dalam peristiwa yang terjadi sekitar pukul 02.00 Wita, Kamis (17/12/2015).

Tragisnya lagi, kejadian tersebut juga mengakibatkan meninggalnya Siti Aminah (60) dan beberapa orang luka-luka.

Amik Bahar (36), kakinya terkena aliran listrik. Korban lainnya trauma setelah rumahnya diterjanya banjir, antara lain Amin (65), Hadi (35), Sugiyono (40), Misnan (20) dan 2 anak kecil.

Baca: Dua Korban Lubang Tambang Ini Ternyata Bertetangga

Rumah yang diterjang air bah terseret hingga sekitar 75 meter, sedangkan jarak tanggul dengan kawasan pemukiman berjarak sekitar 300 meter.

Korban merupakan satu keluarga, terdiri dari dua kepala keluarga. Korban meninggal Siti Aminah merupakan istri dari Amin, memiliki 8 anak, ikut menjadi korban tanggul jebol tersebut, yakni Amik Bahar, Hadi dan Misnan. Sedangkan Sugiyono merupakan suami Amik Bahar.

Hamrani (55), warga rumahnya ikut diterjang air bah, mengaku kejadian banjir begitu cepat.

TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HP -- Tanggul parit jebol hantam rumah warga Kampung Pal Besi Loa Bakung RT 52.

"Suara gemuruh yang saya dengar itu, seperti tsunami. Saat itu hujan sudah tidak terlalu lebat, saat rumah bu Siti hanyut, saya masih sempat lihat, tapi belum berani selamatkan keluarga bu Siti, karena air masih sangat deras," tuturnya.

Penuturan Amik Bahar, kejadian berlangsung cepat, hanya sekitar 15 menit namun efeknya sangat besar terhadap tempat tinggal mereka. Saat kejadian, seluruh anggota keluarganya sedang tertidur lelap. Dia sempat bangun saat mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. Semua keluarga bergegas menyelamatkan diri. Derasnya air membuat korban sempat hanyut beberapa meter dari rumah.

"Saya sama suami saya tersangkut di pohon, yang lainnya manjat pagar tembok yang berada di samping rumah. Sedangkan tembok yang berada di belakang rumah ambruk menimpa rumah," tuturnya.

Amik sempat melihat pengorbanan ibunya menyelamatkan ayahnya dari bencana itu. Kondisi ayahnya yang sedang sakit tidak bisa berjalan, membuat ibunya yang sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur nekat melindungi ayahnya. "Saat kejadian itu, Ibu saya berada di depan melindungi ayah saya terkena serpihan puing," ujar Amik.

Baca: Mungkinkah Gunakan APBD untuk Tutup Lubang Tambang ...

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved