Ternyata Tak Mudah Jadi Kader Posyandu
sering anak-anak itu nangis-nangis kalau mau ditetesi vaksin. Bahkan sudah dibantu juga sama orang tuanya tetap meronta-ronta
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Usai diguyur hujan intensitas ringan sejak pagi (8/3/2016), Desa Bumi Rahayu, Kecamatan Tanjung Selor (Bulungan-Kaltara) kembali bergairah.
Sorot sinar matahari mengundang gairah warga untuk menjalankan hiruk-pikuknya masing-masing.
Namun pemandangan berbeda tampak di pelataran Kantor Desa Bumi Rahayu, yang terletak di Jalan Pembangunan. Ada tiga tenda berdiri di pelataran kantor. Ada pula ratusan manusia baik dewasa maupun anak-anak bahkan balita.
Ya, di kantor desa ini sedang berlangsung kegiatan pembukaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio.
Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Gubernur Kaltara Irianto Lambrie dan disaksikan Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala, serta segenap jajaran pejabat dan warga setempat.
Di lokasi inilah, kegiatan PIN Polio yang menyasar balita-balita Desa Bumi Rahayu dipusatkan.
Sementara acara pembukaan berjalan, kesibukan juga tampak terjadi di Posyandu Sari Gading. Lokasi Posyandu ini masih dalam wilayah pekarangan kantor desa. Hanya diperantarai beberapa taman yang hijau nan bersih.
Katemi Dewi (35) seorang kader sekaligus Ketua Kader Posyandu Sari Gading. Katemi baru saja meladeni balita-balita yang membutuhkan vaksin polio. Ia melepaskan penatnya di teras Posyandu.
Sebuah bangku dari bahan kayu berwarna coklat ia jadikan tempat memulihkan energi sekaligus menghiup udara segar.
Maklum, berdasarkan Ilmu Pengetahuan Alam, menghirup udara segara atau bernafas bertujuan untuk melepaskan energi yang terkandung dalam makanan. Kemudian energi tersebut dikonversi ke bagian tubuh manusia hingga akhirnya bisa beraktifitas.
baca juga : Siap-Siap Dandim Bakalan Gelar Tes Urin Kepada Anggotanya
Suami dari Nurkholis ini, mulai menjadi kader Posyandu sejak tahun 2014. Kader Posyandu, bisa diibaratkan sebagai relawan. Relawan kesehatan.
“Kami sifatnya relawan. Kalaupun ada upah, itu sebagai penyemangat saja. Dan tentu kami bersyukur,” sebut ibu dari Agus Suprianto (13) dan Dwi Nurcahyani (8) ini.
Melakoni tugas tersebut, bukanlah perkara mudah. Bagaimana tidak, yang dilayani adalah anak-anak balita berumur 0 sampai 59 bulan. Balita-balita yang meronta-rota sebuah tantangan yang tidak ringan.
“Iya, sering anak-anak itu nangis-nangis kalau mau ditetesi vaksin. Bahkan sudah dibantu juga sama orang tuanya tetap meronta-ronta. Terkadang vaksinnya tidak tepat di mulut balitanya,” sebutnya dengan tawa kecil.