Berita Eksklusif

Berjibaku Padamkan Api, Anggota TNI dan Polres Jalan Kaki Menyusuri Hutan

Asap biasanya merupakan kiriman dari berbagai daerah yang mengalami kebakaran lahan, sebagian juga asap produksi sendiri.

HO
Anggota TNI dan Polres Berau memantau titik api yang muncul dari citra satelit. Tidak jarang, lokasi titik api berada di pedalaman dan tidak dapat dijangkau oleh kendaraan. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Asap tebal menyelimuti membuat mata perih hingga membuat jarak pandang menipis.

Tidak hanya pengendara roda dua yang harus melambatkan laju kendaraannya. Kabut asap tebal juga kerap membuat penerbangan pesawat terhenti. Kondisi ini berdampak banyak sektor, perhotelan, pariwisata hingga rumah sakit dipenuhi pasien menderita ISPA.

Bencana kabut asap yang terjadi pada 2015 lalu membuat roda perekonomian, arus penerbangan dan kondisi kesehatan masyarakat di sejumlah daerah, termasuk Kaltim dan Kaltara terganggu.

Asap biasanya merupakan kiriman dari berbagai daerah yang mengalami kebakaran lahan, sebagian juga asap produksi sendiri.

Meski mudah diprediksi dengan citra satelit, namun kebakaran hutan dan lahan nyatanya tidak mudah ditangani.

Kabupaten Berau memiliki wilayah yang sangat luas, kebakaran hutan dan lahan mayoritas terjadi di pedalaman, di tempat-tempat yang sulit dilewati kendaraan.

Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, ada lebih dari 41 kali kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sepanjang 2015.

"Itu hanya kebakaran yang bisa kami tangani. Masih banyak kebakaran lahan yang sulit dihitung karena lokasinya yang tidak terjangkau," kata Kasi Kesiapsiagaan BPBD Berau, Rismansyah.

Baca: Sepekan 223 Hotspot Tersebar, Polisi Kewalahan Padamkan Api

Tak jarang petugas pemadam harus menempuh perjalanan dua hingga tiga jam, terpaksa pulang dengan pasrah. Lokasi kebakaran jauh di dalam hutan, tidak ada akses jalan. Keputusan itu bukan tanpa pertimbangan.

"Percuma saja kami nekat masuk ke hutan, karena kemampuan mesin pompa (pemadam) kami maksimal hanya bekerja di jarak 200 hingga 500 mter, lebih dari itu, tekanan air tidak bekerja," tutur Rismansyah.

Pihaknya kerap dipaksa oleh keadaan, membiarkan hutan terbakar karena sulitnya menjangkau lokasi. Kondisi itu tidak hanya dialami personel BPBD. Anggota Polres Berau dan TNI juga kewalahan mengatasi kebakaran lahan.

Sebagai aparat keamanan, mereka harus selalu siaga mengantisipasi dan menangani bencana kebakaran hutan dan lahan. Akhir-akhir ini anggota TNI dan Polri kerap turun ke lokasi ketika mendapat informasi lokasi potensi kebakaran dengan harapan mencegah lebih baik ketimbang memadamkan api.

Baca: Setiap Perusahaan Diminta ‎Punya Menara Pantau

Namun tidak jarang, mereka kecele melihat lokasi yang terpantau sebagai titik panas hanyalah berupa lahan tandus tanpa api.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved