Pasca Penutupan Lokalisasi, PKBI Khawatirkan PSK Merambah Liar
"Kami berikan informasi seputar kesehatan seks, kami juga bagi-bagikan kondom," tuturnya.
Penulis: Budi Susilo |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Balikpapan menegaskan, kebijakan pembersihan kegiatan lokalisasi dan lokasi prostitusi oleh pemerintah daerah dianggap kurang tepat karena akan sia-sia. Dinyatakan secara resmi tutup, pasti akan muncul lagi.
Demikian dikatakan Koordinator Lapangan Program HIV AIDS, Yosi Mandala, saat bersua dengan tribunkaltim.co di markasnya yang ada di Jalan Adi Makmur, Kota Balikpapan, pada Kamis (19/5/2016).
Yosi menjelaskan, penutupan prostitusi jika tidak dibarengi dengan solusi penempatan lapangan kerja tidak akan membuahkan hasil.
Adanya prostitusi atau seks komersil, karena tuntutan hidup dan adanya keinginan untuk mendapatkan harta melimpah dengan cara singkat dan mudah.
baca juga
Dia bercerita, mengacu pada pengalaman tahun 2013, pemerintah kota sempat secara resmi melarang kegiatan lokalisasi prostitusi di kilometer 17, namun faktanya, para pelaku seks komersil tetap melancarkan aksinya di berbagai tempat, di luar lingkungan Kilometer 17.
"Ada yang ke taman Bekapai. Ada yang ke Banua Patra, Gunung Alang. Tempatnya pindah-pindah. Ngumpet-ngumpet. Sampai ada juga yang tawarkan melalui media sosial," ungkap Yosi, bapak beranak dua ini.
Menurut Yosi, jika aksi prostitusi tidak terkendali dan bersifat liar, akan sulit dikontrol. Penyakit- penyakit menular seperti HIV/AIDS sulit terdeteksi akan menyebar luas karena tidak ada pengawasan secara maksimal.
Peran PKBI Balikpapan ketika ada lokasi prostitusi akan mengambil langkah edukasi hubungan sex yang sehat. "Kami berikan informasi seputar kesehatan seks, kami juga bagi-bagikan kondom," tuturnya.
baca juga
Namun di tahun 2016 ini, PKBI sudah tidak lagi mengambil peran edukasi ke para wanita tuna susila (WTS) di lokasi prostitusi. Alasannya, anggaran untuk ini di APBD Kota Balikpapan sudah tidak ada karena menganggap prostitusi di Kota Balikpapan sudah hilang, alias ditutup.
"Kami (PKBI) siap saja jalankan program tetapi Pemkot tidak mau lagi dukung," ungkap Yosi yang lahir pada 9 Maret 1988 ini.
Sebelumnya, PKBI pernah melakukan edukasi seks sehat di lingkungan lokalisasi. Ini berlangsung dari tahun 2013 hingga tahun 2015. Program unggulannya membagikan kondom. Rata-rata tiap bulannya dibagi ke 30 Pekerja Seks Komersil (PSK).
"Kami imbau agar selalu pakai kondom saat mau melayani tamu. Supaya tidak tertular penyakit yang mematikan," kata pria kelahiran Surabaya ini.
Alasan membagi-bagikan kondom bukan untuk menyebarkan seks bebas, apalagi mempromosikan produk kondom tertentu. Tujuan utama gerakan pemakaian kondom untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit HIV AIDS yang mematikan.
"Kami membagi kondomnya tepat sasaran. Tidak sembarangan, kami berikan kepada mereka yang beresiko kena penyakit seks menular," tutur Yosi yang juga pernah aktif di Komisi Penanggulangan AIDS Balikpapan. (*)
***
Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.
Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim