Miris, Sudah Sebatang Kara, Para Lansia Ini Harus Menahan Sakit Parah

Satu kamar, diisi pasangan yang kebetulan saling menyukai dan kemudian dinikahkan. Dari total 33 penghuni panti, setidaknya ada dua pasang yang bertem

Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUN KALTIM/DOAN PARDEDE
Penghuni panti yang dalam keadaan sakit dan dirawat di wisma Kasih Sayang Panti Sosial Tresna Werdha Marga Rahayu di Jalan Kakak Tua, Tanjung Selor, belum lama ini. 
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
 
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Kondisi para warga lanjut usia (lansia) penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Marga Rahayu di Jalan Kakak Tua, Tanjung Selor belum lama ini, cukup beragam. Mayoritas, para lansia yang tinggal di panti jompo ini memang sudah tidak memiliki keluarga lagi.
 
Sebagian penghuni tampak bugar, rapi dan bersih, seperti layaknya lansia yang tinggal berbaur di tengah-tengah masyarakat umum. Cara bicaranya pun masih sangat jelas. Berbeda dengan lansia lainnya yang sudah terlihat seperti anak kecil, dan sulit diajak berkomunikasi.
 
Namun, ada pula penghuni panti kondisinya cukup dan bahkan sangat memprihatikan. Para lansia dengan kondisi tertentu dan biasanya sedang sakit parah ini, ditempatkan di wisma khusus yang berada tak jauh dari ruang makan bersama.
baca juga
 Pantauan Tribunkaltim.co ketika berkunjung minggu lalu, ada 6 kamar dalam wisma khusus yang diberi nama "Wisma Kasih Sayang" ini. Satu kamar, diisi pasangan yang kebetulan saling menyukai dan kemudian dinikahkan. Dari total 33 penghuni panti, setidaknya ada dua pasang yang bertemu di panti dan akhirnya dinikahkan.
 
Sementara di kamar lain dibagian belakang wisma, diisi penghuni yang dalam keadaan sakit parah. Yang jelas terlihat, ada tiga warga lansia pria yang tampak layu dan kumal dan masing-masing berada didalam kamarnya.
 
Satu orang tampak dalam posisi duduk diatas ranjang yang tidak berseprei. Sebuah tongkat disandarkan di dinding dan masih dalam jangkauan tangannya. Dua orang lainnya, tampak sedang berbaring, namun tidak tidur. Dari celah pintunya kamar yang hanya setengah tertutup, matanya keduanya terbuka dan sesekali terlihat sedang menerawang ke arah langit-langit kamarnya.
 
Badan terutama bagian kakinya sudah sangat kurus dan terkesan hanya tinggal tulang dibalut kulit saja. Raut kesedihan, sangat jelas terlihat di wajah kedua pria yang ditaksir sudah berumur lebih dari 65 tahun tersebut.
 
"Kalau saya sendirian, saya tarik begitu saja (ke kamar mandi) kalau mau membersihkan. Saya nggak sanggup menggendong," kata Asniati, pengasuh wisma Kasih Sayang.
 
Mayoritas penghuni panti kata dia, memang tak memiliki keluarga dan diambil dari jalanan. Namun, ada pula yang punya keluarga, lebih memilih panti karena tak ingin merepotkan di masa tuanya.
 
Seperti halnya mbah Adriyanti yang biasa disapa mbah Yanti, yang diambil petugas sekitar sebulan yang lalu karena terlantar di Kebupaten Malinau. Kepada petugas, dia mengaku sudah janda dan masih punya keluarga di Sulawesi dan Jakarta. Hanya saja, data apapun seperti nomor hp tidak dimiliki. Namun kendatipun demikian, dia mengaku tidak ambil pusing kalaupun hingga akhir hayat tak lagi bertemu keluarga.
 
"Saya juga malu kalau keluarga tahu saya sudah disini," kata Asniati, menirukan ucapan mbah Yanti ketika berbincang dengannya beberapa waktu lalu.
 
Pihak panti masih tetap mencari keberadaan keluarga lansia yang diperkirakan masih ada. Khusus untuk mbah Yanti kata dia, petunjuk yang ada hanyalah informasi bahwa mbah Yanti adalah janda dari seorang anggota Koramil di Malinau yang sudah meninggal beberapa waktu lalu.
 
Kepala Panti Suhari mengatakan, sepanjang masih ada data keluarga, pihaknya masih terus mengupayakan komunikasi. Pasalnya kata dia, syarat untuk masuk panti salah satunya adalah izin keluarga. Jika sudah berkomunikasi dan keluarga memang tak mau, maka lansia tersebut akan dirawat di panti hingga akhir hayat. Untuk jumlah kata dia, panti ini masing sanggup menampung hingga 80 orang.
 
Dia mengaku bahwa sebenarnya masih banyak lansia yang berbaur dan terlantar dimasyarakat sudah harusnya diserahkan ke panti. Dia juga mengaku miris ketika mendengar bahwa di salah satu Kecamatan di Bulungan, ada lansia yang dipaksa keluarga tetap bekerja dimasa tuanya. Padahal kata dia, pihak panti sudah membujuk dan siap kapan saja menerima lansia tersebut.
 
“Kalau keluarga mau mengambil (jenazah), yang kita monggo silahkan. Kalau nggak mau ya panti yang mengebumikan. Ya tapi semampu kita sesuai dengan aturan misalnya Islam sesuai dengan Islam. Kita rawat sampai akhir hayatnya,” katanya.
 
Masalah kesehatan, saat ini menurutnya menjadi keluhan. Jika hanya sakit ringan kata dia, masih bisa ditangani di panti oleh tenega medis yang ada. Tapi untuk sakit-sakit parah dan harus dibawa ke rumah sakit, pihaknya mengaku bingung. Pasalnya, belum semua penghuni terutama yang berasal dari luar daerah, belum tercover asuransi seperti BPJS-Kesehatan.
 
“Kita masih bingung kalau ada yang sakit parah,” katanya. (*)

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved