Opini

Ramadhan, Saatnya Puasa Pemberian Izin Eksploitasi Bumi Sebebas-bebasnya

Masyarakat sering kali memaknai puasa sebagai sesuatu yang sempit. Puasa sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga.

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNNEWS-IRWAN RISMAWAN
Ilustrasi. Pegiat konservasi dari Yayasan Scorpion Indonesia dan IFOTA mengenakan topeng orangutan dan membawa spanduk anti eksploitasi orangutan di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Jumat (2/10/2015). Puasa adalah pengendalian diri secara menyeluruh. Terkait dengan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, sedianya alam dan lingkungan sekitar kita juga ikut terjaga. 

Oleh Praja Rachman Putra
Ketua Korps Instruktur IMM , Kalimantan Timur
arrahmanprivate01@gmail.com

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar Ruum:41).

PUASA dalam bahasa Arab adalah ''shaum'' dan ''siyam". Kata shaum berarti untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri, untuk mencegah diri dalam bahasa Arab.

Dalam istilah fiqih, itu berarti untuk menjauhkan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri (jima). Antara suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam (maghrib) dengan sadar dan dengan mencari tujuan.

Masyarakat sering kali memaknai puasa sebagai sesuatu yang sempit. Puasa sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga. Mengunci mulut dari perkataan yang tak sepantasnya. Bertindak santun dan berhati-hati.

Sayangnya, perspektif ini hanya dimaknai dalam tindak dan laku yang terbatas.Yang mengesampingkan makna besar dan istimewa atas puasa itu sendiri.

BACA JUGA: Mau Lebaran, Warga Banyak Tebus Perhiasan yang Digadaikan

Mengapa kemudian menjadi penting untuk mengkaji ulang makna puasa? Melihatnya dalam kacamata yang lebih luas. Memahami dari paradigma Islam yang luas dan penuh rahmat.

Puasa merupakan ibadah yang diajarkan hampir di setiap agama. Sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hawa nafsu, menenangkan diri dan media untuk mendamaikan diri.

Akan tetapi kita sebenarnya kita telah melupakan salah satu hal penting yang diajarkan oleh puasa. Jika kita melihatnya dalam paradigma eco-sustainable development; pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.

Abad 21 ini menjadi masa yang cukup mengkhawatirkan. Bumi semakin panas. Gunung es di Samudera Atlantik mencair. Air permukaan laut semakin tinggi. Pulau-pulau kecil tenggelam. Musim berganti-ganti tak menentu.

Bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan tsunami menjadi bencana yang datang terus menerus. Lalu kita semua menerimanya sebagai proses takdir yang tak bisa kita hindari.


Ilustrasi. Banjir masih merendam pertigaan Jalan Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur, Sabtu (28/5/2016). (TRIBUN KALTIM / CORNEL DIMAS SATRIO KUSBIANANTO)

Sebuah pernyataan naïf, oleh manusia-manusia yang melupakan bahwa tindakan manusia turut andil atas segala bencana yang terjadi. Kita sebagai manusia yang dikaruniai akal dan nafsu yang luar biasa hebatnya.

Yang karena dua kekuatan dari Allah SWT itu kita dapat menjadi lebih suci dari malaikat namun bisa juga menjadi lebih kejam dari iblis.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Kaltim Bisa Menggugat!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved