Polres Imbau Netizen Berhati-hati Bagi Informasi di Medsos
Kasus kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatera terjadi lantaran kesimpangsiuran informasi yang beredar di media sosial.
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Media sosial (medsos) menjadi ajang untuk berbagi informasi oleh pengguna dunia maya.
Berbagai artikel dan tips menjadi bacaan atau tontonan sehari-hari. Namun tidak sedikit pula, informasi yang beredar merupakan informasi sesat yang berpotensi menimbulkan keributan.
Kapolres Berau, AKBP Handoko melalui Kasubag Humas Polres Berau AKP Marwoto mengimbau kepada masyarakat, agar tidak mudah percaya dan terprovokasi oleh informasi yang beredar, satu di antaranya yang berkaitan dengan Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
Masyarakat juga diminta lebih bijak dalam menggunakan medsos.
Baca: Motif AT Sebarkan Kebencian di Medsos Terkait Rusuh Tanjung Balai, Semua karena Jokowi
Pasalnya, kata Marwoto, kasus kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatera terjadi lantaran kesimpangsiuran informasi yang beredar di media sosial.
“Jangan sampai menjadi pembunuh. Ada istilah one klick killer, sekali klik banyak nyawa melayang,” kata Marwoto.
Dia menambahkan, masyarakat di dunia maya masih banyak yang belum bisa membedakan mana informasi yang benar dan salah.
Namun saat mereka menemukan artikel atau ulasan tertentu yang menurutnya menarik, menggugah perasaan lantas buru-buru membagikannya meski belum mengetahui secara pasti kebenaran informasi yang disebarluaskan tersebut.
“Masyarakat harus mencari informasi pembanding dari media-media yang lebih kredibel. Karena kalau kita perhatikan, informasi yang banyak beredar justru dari blog atau website yang tidak jelas, tidak dikenal masyarakat luas,” ungkapnya.
Tendensi yang muncul di media sosial, kata Marwoto, bukan tidak mungkin berimplikasi dalam kehidupan nyata dan menimbulkan rasa tidak suka terhadap suatu golongan.
“Jangan sampai menimbulkan kebencian, menyebabkan perpecahan,” katanya lagi. (*)
***