Defisit APBD

Bansos Minim, Donatur Berkurang, Uang SPP Anak Panti pun tak Terbayar

Kucuran dana bansos yang di-stop dan donatur berkurang membuat sejumlah panti asuhan kesulitan dana operasional.

Penulis: tribunkaltim |
TRIBUN KALTIM/ARIDJWANA
Anak-anak Panti Asuhan Tarbiyatul Ummah, Balikpapan, tengah belajar membaca Al Quran. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Alidona dan Anjas Pratama

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Defisit anggaran yang berujung pemangkasan dana bantuan sosial serta lesunya ekonomi di Kaltim ikut berdampak pada pengelolaan panti asuhan.

Kucuran dana bansos yang di-stop dan donatur berkurang membuat sejumlah panti asuhan kesulitan dana operasional.

Panti Asuhan Aisyiyah Balikpapan misalnya. Panti asuhan yang berlokasi di Jl Soetomo, Balikpapan tersebut pernah menerima dana bansos dari Pemkot Balikpapan sebesar Rp 15 juta. Dana tersebut hanya mencukupi kebutuhan operasional pantia untuk dua minggu.

Saat ini pemkot sudah memutuskan tidak memberikan lagi dana bansos.

"Dana Rp 15 juta itu hanya cukup untuk satu bulan, itu pun kurang. Dalam seminggu kita membutuhkan dana operasional Rp 6 juta hingga Rp 7 juta. Bisa dibayangkan kita dalam sebulan memerlukan kurang lebih Rp 24 juta," kata Muhammad Suprijadi, Bendahara Panti Asuhan Aisyiyah saat ditemui di sekretariat panti, Rabu (21/9/2016).

Baca: Bansos Panti Asuhan dan Panti Jompo Dihentikan, Ini Saran Ida untuk Pemkot

Selama 2015 hingga 2016, dirinya sudah tidak pernah mengajukan lagi bantuan bansos ke Pemkot Balikpapan.

Bukan tanpa alasan, panti asuhan yang dihuni 41 anak perempuan itu pernah dijanjikan pemkot dana bansos Rp 25 juta pada 2014. Namun janji tersebut rupanya diingkari pemkot tanpa alasan jelas.

"Kita pernah dijanjikan pada 2014 Rp 25 juta. Entah kenapa tidak dapat sampai sekarang. Saya nggak ngerti mekanismenya seperti apa, padahal saya mengajukan. Pesimis sudah. Janji juga tidak ditepati pemkot," lanjut Suprijadi.

Selain tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, kondisi krisis ekonomi berdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) ternyata juga berimbas pada donator yang selama ini membantu Panti Asuhan Aisyiyah.

Donatur yang selama ini cukup banyak mulai berkurangan sejak 2013.


TRIBUN KALTIM/ARIDJWANA -- Panti Asuhan Tarbiyatul Ummah, Balikpapan.

Terpaksa, pengurus panti lebih selektif menerima anak-anak yang akan diasuh hingga lulus sekolah. Biasanya panti menerima anak yatim piatu, anak fakir miskin, dan anak telantar. Namun akibat lesunya ekonomi, panti hanya menerima anak yatim piatu.

"Akhirnya kita coba untuk realistis. Anak-anak yang masuk panti kita seleksi ketat. Tadinya kita juga menerima anak telantar karena permasalahan keluarga, sekarang tidak terima lagi. Soalnya orang tua mereka masih ada. Sekarang fokus anak yatim piatu saja, tidak dipungut biaya. Semuanya kami tanggung mulai biaya pendidikan dan keperluannya," katanya.

Suprijadi mengatakan, lesunya ekonomi dan tidak turunya dana bansos membuat pengurus panti menunda pembayaran uang sekolah (SPP) anak-anak asuh. Pembayaran SPP yang biasanya sebulan sekali tak terbayar. Terpaksa harus dibayar dua bulan sekali.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved