Pemprov dan LNG Badak Bahas Beras Basah, Akankan Kawasan Wisata Ini akan Dipindah?
Selain permasalahan lahan yang masih dalam tahapan pembebasan, ada pula masalah lain terkait Pulau Beras Basah, Bontang yang sedang diurus Pemprov
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Anjas Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG – Proses pembangunan Kilang Minyak Bontang hingga kini masih dalam tahapan proses penyelesaian untuk bisa mulai groundbreaking pembangunan pada 2017 mendatang.
Selain permasalahan lahan yang kini masih dalam tahapan pembebasan, ada pula masalah lain terkait Pulau Beras Basah, Bontang yang kini sedang diurus oleh Pemprov Kaltim.
Masyarakat sekitar serta berbagai elemen pendukung pariwisata, menolak adanya niatan pemerintah untuk mensterilkan kawasan tersebut sebagai salah satu syarat agar kilang mintak Bontang bisa dibangun.
Niatan menstrilkan kawasan pariwisata tersebut diluncurkan oleh manajemen PT Badak LNG Bontang, selaku pihak yang nantinya akan menyiapkan lahan untuk Kilang Minyak Bontang seluas 550 hektare.
Baca: Perahu Angkutan Wisata Menuju Pulau Beras Basah Tenggelam
Alasan mensterilkan Pulau Beras basah tersebut adalah dikarenakan adanya mercusuar yang terdapat di area tersebut.
Mercusuar inilah yang menjadi penunjang sarana bantu navigasi terkait keamanan dan keselamatan pelayaran.
“Pulau Beras Basah ini adalah pulau terluar dalam daerah lingkungan kerja Badak LNG Bontang. DI wilayah tersebut, ada regulasi setidaknya harus 500 meter clean and clear dari aktifitas,” ujar Dedet Hendra, Chief Operating OfficerPT Badak LNG Bontang, Rabu (30/11).
Selain itu, jika Pulau Beras Basah menjadi daerah tujuan wisata, maka akan banyak wisatawan yang akan lalu lalang di daerah tersebut.
Inilah yang disinyalir akan menganggu keamanan jika nantinya ada kapal yang akan bersandar menuju area Badak LNG Bontang.
Baca: Badak LNG Persiapkan Lokasi Pembangunan Kilang di Bontang
“Dalam posisi itu, keselamatan diutamakan agar tak ada tabrakan dengan kapal wisatawan atau benda apapun. Jika di kawasan Beras Basah, tidak bisa dikamin keselematannya, maka kapal-kapal tak bisa masuk” ujarnya.
Hal inilah yang diminta manajemen Badak LNG untuk diselesaikan. Caranya ialah dengan menutup dan mensterilkan kawasan Beras Basah.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Awang Faroek, tak ingin jika kawasan Beras Basah yang kini sedang menjadi daya tarik wisata, harus terpaksa ditutup untuk memaksimalkan masuknya investi Kilang Minyak Bontang.
“Beras Basah akan tetap saja menjadi kawasan pariwisata. Hal itu bisa dibicarakan nantinya dengan pihak perusahaan,” ucapnya
Baca: Disbudpar Batasi Pedagang di Beras Basah Hanya 5 Orang
Solusi terkait hal itu, kemudian disampaikan Kepala Bappeda Kaltim, Zairin Zain, saat ditemui, Kamis (1/12/2016).
“Beras Basah inikan wisatanya masyarakat Bontang, jadi Badak LNG mengalah lah. Solusinya adalah kawasan
Beras Basah akan diganti dengan lahan seluas 10 hektare yang disiapkan oleh manajemen Badak LNG. Di kawasan itulah yang nantinya akan dikembangkan menjadi pariwisata pengganti Beras Basah,” ujarnya. (*)