Ada Uang Debu Lho untuk Warga yang Terkena Dampak Kegiatan Tambang Batubara
pihak perusahaan memberikan kompensasi kepada warga senilai Rp 500 ribu per kepala keluarga tiap bulannya
Penulis: Christoper Desmawangga |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tambang batu bara saat ini tidak hanya berada di kawasan yang jauh dari pemukiman warga. Sebaliknya, lokasinya saat ini sudah sangat dekat dengan warga.
Tak sedikit kawasan di Samarinda, yang merupakan pemukiman penduduk, terdapat juga lahan pertambangan.
Warga harus rela menerima dampak dari aktivitas pertambangan yang berada dekat dengan pemukiman. Suara bising, ditambah getaran kendaraan alat berat, termasuk debu, menjadi hal yang biasa diterima warga.
Baca: Awang Faroek Ingin Ratusan IUP CnC Segera Dicabut, Tapi Kepala Distamben Bilang Jangan Dulu
Kholisa (31), warga yang tinggal di Perumahan Talang Sari, RT 31, Samarinda Utara sehari‑hari sudah terbiasa dengan aktivitas tambang yang berada sekitar 200 meter dari kawasan tempat tingalnya.
Kendati cukup jauh, namun suara bising dari kendaraan alat berat tambang, cukup menggangu dirinya, terlebih dirinya saat memiliki dua anak, yang masih berusia balita.
"Jaraknya cukup dekat dengan rumah, di balik tebing ini merupakan pertambangan, hampir setiap malam ada aktivitas tambang, cukup mengganggu suaranya. Bahkan, beberapa kali saya sempat dengar ledakan dari area tambang," ungkapnya, Rabu (5/4/2017).
Baca: Besok, Gubernur Kaltim Awang Faroek Janji Cabut Izin Perusahaan Non-CnC
Lanjut Kholisa menjelaskan, dari informasi yang ada, tambang yang berada dekat di kawasan pemukiman merupakan milik salah satu tokoh di Samarinda.
Selain itu, kendati kendaraan alat berat perusahaan tambang tidak melintas di kawasan pemukiman, namun tidak jarang debu menghiasi sekitar perumahan.
"Debunya memang tidak banyak, tapi tetap saja ada debu. Tapi, saat ini lagi tidak ada, karena lagi musim hujan, coba kalau tidak, bisa dilihat kaca‑kaca berdebu. Sejak 2014 tinggal disini, tambang memang sudah ada," ungkapnya.
Dirinya dan keluarga sudah pernah tiga kali berpindah tempat tinggal, mulai di kawasan Sambutan, lalu Mugirejo, dan terakhir di Talang Sari, semuanya berdekatan dengan kawasan tambang.
"Mau bagaimana lagi, kalau beli rumah di tengah kota, harganya cukup mahal, jadi cari yang di pinggiran, di Talan Sari ini sudah rumah sendiri, tapi tetap saja masih dekat dengan tambang," urainya.
Lalu, akibat protes dari warga, yang sempat mendatangi lokasi tambang, pihak perusahaan memberikan kompensasi kepada warga senilai Rp 500 ribu per kepala keluarga tiap bulannya, dan dberikan selama 5 bulan kedepan.
"Baru tahun ini dapat kompensasi, sudah dua kali pencairan. Walau dapat kompensasi, tapi memang seharusnya tambang berada jauh dari pemukiman," harapnya. (*)