Berita Pemkab Kutai Timur
Pendekarst Belajar Panjat Tebing bersama Kang Mamay, Ara Raya Jadi Pusat Latihan
Selanjutnya Kang Mamay menjelaskan lebih detail mengenai pemahaman mengusai teknik dan sudah di luar kepala menghafal peralatan maupun istilah panjat
SANGATTA - Menapaki hari kedua dan ketiga Sekolah Panjat Tebing Kutai Timur (Kutim) di kawasan Gunung Temiyang yang kini bernama Karst Ara Raya di Kecamatan Karangan memasuki materi dan praktek pendalaman.
Suara adzan subuh terdengar sayup tidak terlalu keras mengawali beberapa peserta melakukan shalat subuh di base camp mirip pendopo berukuran 10 x 10 meter dengan atap seng beralaskan kayu.
Fajar pagi mengintip dari kejauhan dibalik rimbunnya hutan belantara, membangunkan peserta lain mempersiapkan senam pagi sebelum melakukan pemanjatan untuk lebih melenturkan otot kaki dan tangan.
Dipandu oleh Kang Galih salah satu konsultan dari Eiger Adventure Service Team (EAST) memandu anak-anak melakukan pemanasan sekaligus bermain games.
Hal ini lebih memberikan motivasi kebersamaan dan kekompakan dalam satu kelas panjat tebing.
Selanjutnya Kang Mamay menjelaskan lebih detail mengenai pemahaman mengusai teknik dan sudah di luar kepala menghafal peralatan maupun istilah dalam panjat tebing.
Ada juga hal yang tidak boleh dilupakan pemanjat pemula yaitu simpul-simpul.
Ada empat jenis teknik pemanjatan yang digunakan di seluruh negara meliputi aid climbing, soloing, boldering, free climbing, dan runer to runer.
Namun yang populer yaitu artificial climbing yaitu panjat tebing yang dilakukan pada jalur vertikal dengan tingkat kesulitan tinggi bermodalkan alat yang diselipkan pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor).
“Teknik ini sangat diminati karena mudah dipelajari namun harus fokus dan giat berlatih, hampir sama dengan free climbing tetap sama menggunakan pengaman tapi lebih menitikberatkan kemampuan gerakan kaki dan tangan bergerak ke atas mencari celah untuk dipijak,” ujarnya.
Untuk peralatan panjat tebing, Kang Mamay menjelaskan ada 13 buah harus dipahami pemanjat pemula diantaranya tali carmentel yang biasa digunakan dengan ukuran 10 mm, harness (sabuk pengaman, carabiner (cincin kait), helmet, webbing (tali pipih), tali prusik, sepatu panjat, Chock Bag (tas berisi kapur), descender (meniti tali turun), ascender (keatas), grigri (membelay), hammer, dan handrill (bor).
“Ini harus dipahami sekaligus dikuasai oleh pemanjat pemula pasalnya menentukan kelancaran panjat tebing, dan tentunya safety mengedepankan keamanan,” tambahnya.
Kang Mamay juga menginstruksikan kepada peserta untuk mengerti taktik pemanjatan mulai dari alpine yaitu pemanjatan tanpa lagi berhubungan dengan base camp, semua perlengkapan, dan perbekalan dibawa terus.
Ada juga Himalayan adalah pemanjatan dengan cara menghubungkan antar camp/pitch melalui tali, perlengkapan dan perbekalan dikirim secara estafet.
Selanjutnya dikenalkan juga sistem memanjat meliputi ascending-descending yaitu memastikan tali yang digunakan telah terpasang di minimal dua pengaman yang berkualitas baik.