Hancurkan atau Dihancurkan
Antonio Trillanes Yakin Bisa Hentikan Presiden Duterte Dengan Kampanye Perlawanan Tanpa Henti
Senator Filipina Antonio Trillanes yakin apa yang terjadi kini bisa berakhir melalui kampanye tanpa henti, menentang Presiden Rodrigo Duterte.
TRIBUNKALTIM.CO, MANILA - Setelah meluncurkan karir politiknya sejak dari balik sel penjara, Senator Filipina Antonio Trillanes mengaku yakin, apa yang terjadi kini bisa berakhir dengan perlawanan melalui kampanye tanpa henti, menentang Presiden Rodrigo Duterte.
Mantan Perwira Angkatan Laut yang memiliki rekam jejak upaya kudeta, datang dengan tekanan dan kampanye mengenai figur Duterte sebagai pembunuh massal yang korup.
"Orang ini adalah seorang sosiopat, dan dia memiliki pola pikir seorang pembunuh bayaran," kata Trillanes.
Di bidang kesehatan mental, sosiopat -yang dikenal juga dengan gangguan kepribadian antisosial- adalah sebuah kondisi seseorang yang tidak mampu beradaptasi dengan standar etika, dan perilaku yang berlaku dalam komunitasnya.
Pria berusia 46 tahun itu mengungkapkan pandangannya dalam sebuah wawancara Rabu (13/9/2017), seperti diberitakan AFP.
Duterte memenangi pemilihan presiden tahun lalu di atas platformhukum yang oleh sejumlah pihak disebut brutal.
Dalam kampanye, dia menjanjikan sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memberantas obat-obatan terlarang di masyarakat, dengan membunuh 100.000 pedagang dan pecandu.
Dia bersumpah, begitu banyak mayat akan dibuang di Teluk Manila, sehingga ikan di sana akan tumbuh gemuk, karena diberi makan.
Duterte juga mengatakan, dia akan memaafkan polisi jika mereka dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran hak asasi saat memberlakukan perang obat bius.
Sejak Duterte menjabat sebagai Presiden pada pertengahan tahun lalu, polisi telah melaporkan lebih dari 3.800 pembunuhan.
Sementara, ribuan orang lainnya telah dibunuh dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan.
Di sisi lain, banyak pula warga Filipina yang mencari solusi cepat untuk kejahatan itu, terus mendukung Duterte.
Berdasarkan hasil jajak pendapat, Duterte mendapat dukungan mayoritas di kedua majelis Kongres untuk langkahnya ini.
Diktator
Namun, iklim ketakutan juga muncul. Para kritikus memperingatkan Presiden yang bertekad membungkam pembangkang, dan menyeret Filipina kembali ke era diktator yang terjadi di negeri itu selama tiga dekade.
