Cinta dengan Batik, Dosen Unmul Ini Koleksi 2.000 Lembar Batik
Pakaian khas batik dimiliki hampir seluruh penduduk Indonesia. Apalagi UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.
Penulis: Fransina Luhukay | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO - Pakaian khas batik dimiliki hampir seluruh penduduk Indonesia. Apalagi UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Dan pada 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Namun, bagi DR H Moh Bahzar MSi punya cara spesial untuk memiliki baju batik. Dosen FKIP Universitas Mulawarman ini mengoleksi ribuan lembar batik.
BERMULA dari mencintai produk fashion Indonesia, DR Bahzar menyukai baju batik semasa mengenyam pendidikan di bangku SMA. Ketika itu, ia bercita-cita mengoleksi batik jika punya banyak uang.
"Batik pertama yang saya pakai semasa SMA masih saya simpan dengan baik sampai sekarang," ungkapnya mengawali kisahnya saat menjadi salahsatu narasumber talkshow 'Pesona Batik Indonesia' yang merupakan rangkaian Mulawarman Festival di ruang serbaguna Gedung Rektorat Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Senin (2/10).
Baca: VIDEO – Inilah Detik-detik Anggota KPK Keluar dari Kediaman Abun Bawa 7 Koper
Sejak itu, ia rutin mengoleksi baju batik dan hingga Oktober 2017 terhimpun 2.000 lembar batik. "Alhamdulillah sampai hari ini batik yang saya miliki sudah 2.000 lembar. Saya jarang membeli batik yang sudah dijadikan baju. Saya punya penjahit khusus di Surabaya dan Jakarta karena motif-motif batik klasik membutuhkan proses jahitan yang berbeda dan khusus," tutur pria kelahiran Long Ikis, Kabupaten Paser ini.
Mengoleksi batik, kata Pembantu Dekan II FKIP Unmul,diawali dengan mencintai batik. Jika menyukai seseorang, pasti akan berusaha memahami, mengenali dan memilikinya. Begitu pula perlakuan terhadap batik.
Tidaklah heran jika rumah keluarga DR Bahzar di Perum Pinang Mas Blok D No. 10 Samarinda berderet banyak lemari penyimpanan batik. Sore kemarin Tribun berkunjung ke kediamannya. Perlakuannya DR Bahzar terhadap batik memang sangat spesial.
Terdapat tiga kamar khusus di rumah dua lantai itu berisikan baju-baju batik. Di tiap kamar ada lemari kaca dan di dalamnya digantung rapi baju-baju batik dalam kemasan plastik satu per satu. Ada juga boks khusus dan sedikit lemari kayu.
Baca: Pergi ke Kota Solo, Jangan Lupa Mampir ke Kampung Batik Laweyan Yuk. . .
"Batik yang ada di rumah saya harganya mulai Rp 25.000 hingga Rp 18 juta. Dari 2.000 lembar batik, sebanyak 700 lembar di antaranya masih terbungkus plastik dan belum pernah dipakai. Ada batik Indonesia, batik India, Vietnam, Filipina, dan Australia," bebernya.
Selain kolektor batik, DR Bahzar juga hobi memancing. Tak pelak, sang istri Prof DR Hj Nur Fitriyah MSi awalnya marah-marah melihat sang suami menguras banyak rupiah untuk membeli baju batik dan peralatan memancing.
"Saya juga hobi memancing. Istri saya marah-marah, akhirnya saya memberi kartu ATM untuk mengambil sendiri uang gaji saya. Sedangkan untuk membeli batik dan peralatan pancing, saya mencari pekerjaan lain di luar Unmul untuk menghasilkan uang," kenang alumni Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya ini.
Baca: 7 Fakta Terungkap dari Penembakan Massal di Las Vegas, yang Terakhir Sangat Mematikan!
Untuk menarik hati sang istri meminati batik, DR Bahzar tak kehabisan akal. Ia pernah membeli delapan baju batik beragam motif sebagai hadiah ulang tahun istrinya yang juga dosen di Fisipol Unmul. "Alhasil, sekarang istri saya jatuh cinta pada batik dan ikut mengoleksi batik," tambahnya sembari tertawa.
Bagaimana perawatannya? Ayah dari dr Aini Ariefa ini menyebut, mencuci batik tidak boleh menggunakan deterjen. Harus memakai sabun khusus untuk produk batik. (*)