Sering Takut? Terungkap Perasaan Ini Ada Hubungannya dengan Kualitas Tidur

Selama fase ini, mata bergerak lebih cepat, nafas menjadi tidak teratur, dan aktivitas otak serta ritme detak jantung meningkat.

TRIBUNKALTIM.CO/AZHAR SRIYONO
Ilustrasi. Phobia atau ketakutan berlebih dapat dialami oleh siapa saja, yang kadag bahkan terasa tidak masuk akal. 

TRIBUNKALTIM.CO --  Rasa takut dan kualitas tidur ternyata saling berkaitan.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Neuroscience, para peneliti membahas tentang tidur Rapid Eye Movement (REM) dan hubungannya dengan psikologis seseorang.

Tidur REM adalah tidur dengan gerak mata cepat, biasanya terjadi 70 sampai 90 menit setelah tertidur.

Selama fase ini, mata bergerak lebih cepat, nafas menjadi tidak teratur, dan aktivitas otak serta ritme detak jantung meningkat.

Nah, ternyata orang yang lebih banyak memiliki REM akan sedikit memiliki aktivitas di bidang otak yang terkait dengan ketakutan, sedangkan orang yang kurang tidur REM lebih sering mengalami ketakutan.

Baca: Akhir 2017, Debenhams Hengkang dari Indonesia, Ini Alasannya

Para peneliti mengungkapkan bahwa tidur REM dapat membantu menjaga tingkat ketakutan tetap rendah. 

Menurut mereka, aktivitas tidur REM mengubah bagaimana bagian otak tertentu berkomunikasi satu sama lain.

Selain rasa takut, penelitian ini juga digunakan untuk memprediksi bagaimana seseorang bereaksi dalam menghadapi trauma atau seberapa besar kemungkinan orang tersebut mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).

Baca: Tahukah Kamu, Lubang di Biskuit Ternyata Ada Artinya Lho

"Penelitian ini adalah langkah awal yang sangat baik untuk memahami mekanisme ketahanan tubuh," kata Anne Germain, profesor psikiatri dan psikologi dari University of Pittsburgh School of Medicine, Pennsylvania, yang tidak ikut penelitian tersebut, seperti dikutip dari Live Science Selasa (24/10/2017).

Dalam studi tersebut, para peneliti memonitor pola tidur 17 mahasiswa di rumah selama lima sampai 13 hari.

Hal ini untuk menetapkan pola tidur dasar subyek penelitian, termasuk pola tidur tingkat ringan, tingkat dalam, dan tidur REM.

Baca: Makin Lengket Aja. . . Nih Rayuan Daffa Wardhana untuk Chelsea Islan yang Bikin Meleleh

Setelah itu, para partisipan kemudian diharuskan menjalani tes pengondisian ketakutan, di mana mereka ditunjukkan lampu merah, kuning atau biru yang telah terhubung dengan kejutan listrik.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved