Tekad Pangeran Arab Saudi Menjadi Negara Islam Moderat Disambut Skeptis, Bagaimana dengan Wahabi?
Klaim Pangeran Mohammad bakal menghadapi sambutan skeptis dari dunia internasional. Sebab, ulama garis keras dinilai masih
TRIBUNKALTIM.CO - Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdulaziz berjanji pada kekuasaannya nanti, negaranya bakal menerapkan konsep "Islam moderat dan terbuka", yang ramah bagi semua agama dan juga dunia.
Pernyataan itu dia sampaikan pada sebuah wawancara di televisi dalam acara peluncuran inverasi masa depan di Riyadh, Selasa (24/10/2017) waktu setempat.
The Guardian melaporkan, Mohammad juga meminta dukungan global untuk membantu mengubah wajah "garis keras" di negara kerajaan itu menjadi sebuah negara terbuka, yang bisa memberdayakan semua potensi, dan terbuka bagi investasi asing.
Pangeran Mohammad juga menegaskan, Arab Saudi akan berbuat lebih banyak untuk mengatasi ekstremisme.
"Kami tidak akan membuang 30 tahun hidup kami dengan pemikiran ekstremis. Kami akan menghancurkan pemikiran itu saat ini," katanya, seperti dilansir dari The Independet.

Klaim Pangeran Mohammad bakal menghadapi sambutan skeptis dari dunia internasional. Sebab, ulama garis keras dinilai masih memiliki kekuatan dan pengaruh di negara tersebut.
Sebelumnya, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud mengangkat Pangeran Mohammad sebagai pewaris tahta pada awal tahun ini.
Pangeran Mohammad dipandang sebagai cerminan kerajaan Arab Saudi yang modern, yang lebih kekinian.
Pangeran berusia 32 tahun itu mendorong target "Visi 2030", yang berisi kebijakan ekonomi dan sosial jangka panjang untuk menghilangkan ketergantungan negara terhadap minyak.
Arab Saudi merupakan negara monarki absolut, dengan pemerintahan Islam Sunni yang lebih dikenal dengan Wahabisme.
Namun, setelah peristiwa 9 September 2001 di New York, Amerika Serikat (AS), Arab Saudi bekerjasama dengan AS dan negara barat lainnya untuk mengatasi radikalisasi dan mencegah adanya pendanaan bagi tindakan terorisme.
Di sisi lain, banyak kritik mengalir karena Arab Saudi dianggap belum berbuat cukup untuk mencegah terorisme.
Wahabi lebih tepatnya Wahhabisme (Wahhābiyah) atau Salafi adalah sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam.
Aliran ini berkembang oleh dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi, yang bertujuan untuk membersihkan dan mereformasi ajaran Islam kembali kepada ajaran yang sesungguhnya, berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, dari "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bidah, syirik dan khurafat.
Saat ini Wahhabisme merupakan aliran Islam yang dominan di Arab Saudi dan Qatar. Ia dapat berkembang di dunia Islam melalui pendanaan masjid, sekolah dan program sosial. Dakwah utama Wahhabisme adalah Tauhid yaitu Keesaan dan Kesatuan Allah.