Edisi Cetak Tribun Kaltim
Mitos Air Mata dan Taring si Nona Laut nan Berujung Pilu . . .
Ancaman lain yang juga masih terjadi, adalah hilangnya habitat Duyung, akibat kawasan industri di sekitar habitat mereka.
Penulis: tribunkaltim |
TRIBUNKALTIM.CO - Beberapa faktor penyebab populasi Duyung mulai berkurang. Ancaman pertama yang paling banyak terlapor ke WWF Indonesia adalah kejadian bycatch.
Menurut Dwi Suprapti, National Marine Species Conservation Coordinator WWF Indonesia, bycatch ini bisa dibilang menjadi yang pertama.
Bahasanya penangkapan yang tak sengaja. Nelayan, misalnya, ketika mencoba menjaring ikan lain, seperti ikan bawal, justru menjaring duyung.
Tak bisa disalahkan juga untuk para nelayannya. Bagaimana selanjutnya, tergantung dari kesadaran nelayan sendiri.
Ada yang langsung melepasnya, ada juga yang dibawa pulang, untuk dikonsumsi.
Baca juga:
Kaya Pengalaman, Pria 71 Tahun Ini Yakin Bisa Kalahkan Anak Muda di Ajang Tour de Sam-Bal
Lintasi 3 Kabupaten/Kota, Ratusan Goweser Harus Tempuh 151 Kilometer Mencapai Finish
Kapolres Balikpapan Minta Wali Kota Segera Buat Aturan Ojek Online
Kepolisian Tegaskan Korban Tenggelam Bukan Preman Sungai Mahakam
Unik, Begini Penampilan Tim Rescue Perusahaan Tambang dan Migas di Indonesia
Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, sehingga membuat Duyung menjadi perburuan juga terjadi. Khususnya untuk beberapa bagian tubuh Duyung.
"Duyung dewasa memiliki taring. Inilah yang seringkali diburu, untuk dijadikan pipa rokok. Ada anggapan jika pipa rokok bisa menetralisir nikotin yang ada pada rokok. Selain itu, ada juga mitos di masyarakat yang masih percaya jika air mata Duyung, bisa digunakan sebagai pelet, atau alat pengasih. Meskipun belum ada fakta ilmiah akan hal itu," ujarnya.
Baca juga: