Setelah Sekolahnya Disegel, Kini Triplek Penutup Kelas Darurat SMA di Bulungan Ikut Roboh
Dinding penutup yang terbuat dari triplek tipis ini bahkan sudah lepas dari tiang penyangga dan rebah ke tanah.
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Januar Alamijaya
Laporan Wartawan TribunKaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Empat buah dinding penutup tempat parkir yang kini digunakan sebagai ruangan kelas siswa XI IPA dan XI IPS SMA 2 Tanjung Selor, roboh, Minggu (5/11/2017).
Dinding penutup yang terbuat dari triplek tipis ini bahkan sudah lepas dari tiang penyangga dan rebah ke tanah.
Baca: Lucu, Bikin Ngakak Sih, Begini 7 Cara Orang Hindari Operasi Zebra, Eits. . . Jangan Ditiru Ya
Diduga kuat, robohnya dinding ini diakibatkan hujan deras dan kencangnya angin yang melanda Tanjung Selor, beberapa hari belakangan.
Seperti diketahui, tempat parkir ini kini dijadikan ruangan kelas bagi sekitar 50an siswa SMA 2 Tanjung Selor, yang ruangan kelasnya tidak bisa dimasuki karena disegel pemilik lahan, sejak Rabu (25/11/2017) lalu.
Baca: Cowok Ganjen Penantang dan Penghina Jokowi Dibekuk Polisi, Ini Rekam Jejaknya di Medsos!
Sebelumnya, Asnawi Arbain dari Komisi IV DPRD Kaltara yang meninjau langsung kondisi SMA 2 Tanjung Selor, pekan lalu sudah meminta agar masalah ini tak terlalu lama dibiarkan.
Ditegaskannya, adalah sangat tidak adil bahwa siswa dan masa depannya yang justru menjadi korban atas permasalahan yang saat ini terjadi.
Baca: Masih Ingat Arya Bocah Obesitas yang Sempat Bikin Heboh? Begini Kondisinya Sekarang
Konsentrasi pihak sekolah yang harusnya fokus mengurusi bagaimana menyelenggarakan pendidikan yang baik, juga harus tersita untuk memikirkan masalah menyediakan fasilitas.
Baca: Masih Ingat Arya Bocah Obesitas yang Sempat Bikin Heboh? Begini Kondisinya Sekarang
"Anak-anak ini yang menjadi korban," ujarnya.
Namun dia menyadari, saling menyalahkan justru akan semakin membuat permasalahan ini kian berlarut-larut. Semua pihak, khususnya Pemkab Bulungan, Pemprov Kaltara, dan instansi terkait lainnya harus bisa dengan kepala dingin mencari solusi terbaik.
Dan tentunya, masing-masing pihak tak perlu mempertahankan ego dan tetap pada semangat untuk menyelamatkan masa depan siswa.