Berkaca dari Theory of Everything, Stephen Hawking Menolak Keberadaan Tuhan dan Surga

“Saya menganggap otak itu seperti komputer yang akan berhenti bekerja saat komponen pendukungnya rusak.

JOEL RYAN/INVISION/ASSOCIATED PRESS
Stephen Hawking di kursi rodanya. 

TRIBUNKALTIM.CO - Kabar meninggalnya astrofisikawan kontroversial Stephen Hakwing meninggalkan duka para warganet.

Ahli kosmologi teoritis mengenai black hole ini meninggal dunia dalam usia 76 tahun, setelah berjuang melawan penyakit neurodegeneratif progresif yang dideritanya selama lebih dari separuh hidupnya.

Ucapan duka cita meluncur di dunia. Nama Stephen Hawking bahkan berada di pucak trending topic di lini masa twitter, Rabu (14/3/2018). 

Anthony Sinaga dalam akun @spawnist misalya, menulis: "Stephen Hawking meninggal tepat pada Pi Day dan hari kelahiran Albert Einstein, yakni 14 Maret. Alam semesta memang memiliki rencananya sendiri. Rest in peace.'

Hawking boleh disebut sebagai astrofisikawan paling populer abad ini.Salah satu karya populernya berjudul "the Brief History of Time"  (Riwayat Sang Kala) terjual jutaan eksemplar dan diterjemahkan dalam banyak bahasa. Tulisan tu tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut.

Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenaiteori  kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Bahkan, kisah hidupnya pun telah difilmkan dengan judul "The Theory of Everything".

Film tersebut menceritakan kisah hidup Stephen Hawking yang berhasil menjadi ilmuwan terkenal meskipun dia memiliki penyakit degeneratif yang hampir melumpuhkan seluruh tubuhnya. Penyakit itu tidak membuat Hawking kehilangan ambisinya.

Hawking menjadi salah satu dari banyak ilmuwan yang berusaha untuk menemukan “theory of everything” (teori segala hal).

Yakni sebuah teori yang mampu menjelaskan segalanya yang ada di alam semesta kita. Jika teori tersebut ditemukan menurut Hawking, maka kita akan dapat memahami semua hal yang aneh sekaligus mengagumkan di alam semesta.

Namun, menemukan teori tersebut bukanlah hal yang mudah. Ketekunannya dan kejeniusannya itu yang membuat para sejawat dan mahasiswanya menjulukinya "Mr Everything".

"Kami sangat sedih karena ayah tercinta kami telah meninggal dunia hari ini," ungkap Lucy Robert dan Tim, anak-anak Hawking, dikutip dari Sky News, Rabu (14/3/2018).

Ilmuwan brilian asal Inggris ini memang dikenal nyeleneh. Banyak orang dibuatnya kagum. Selain karena semangatnya (masih aktif menjadi narasumber dan peneliti dalam keadaan fisiknya yang lumpuh total akibat penyakit yang dideritanya sehingga untuk bicara saja harus dibantu dengan komputer yang portable dengan kursi rodanya), juga pemikirannya.

Salah satu yang paling kontroversial adalah pandangannya yang menyebut bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Ia meyakini surga itu tidak ada. Tak lebih sebagai cerita omong kosong pengantar tidur belaka.

“Saya menganggap otak itu seperti komputer yang akan berhenti bekerja saat komponen pendukungnya rusak. Tidak ada surga atau kehidupan lain untuk komputer yang rusak, itu hanya cerita dongeng,” kata Hawking, saat wawancara bersama The Guardian 2011.

Dikutip dari CNN Indonesia, soal surga itu bohong pernah dituliskan Hawking secara rinci pada bukunya yang berjudul The Grand Design. Di situ juga tertulis bahwa tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan soal alam semesta.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved