Kaltara Selain Kepiting, Ada Merica dan Gaharu serta Rumput Laut

Sudah berpuluh-puluh tahun tauke di Tawau yang menikmati keuntungan paling besar. Seharusnya, kita sendiri yang menikmati

Editor: Mathias Masan Ola
Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Nunukan
Nelayan memanen rumput laut yang dibudidayakan di Perairan Nunukan. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Belum diketahui pasti jadwal penerbangan perdana ekspor kepiting dari Tarakan ke Shenzhen, Tiongkok. Maskapai Cardig Air masih menyiapkan segala perizinannya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Utara Amir Bakri menjelaskan, pesawat kargo Boeing 737-300 yang disiapkan Cardig Air bisa mengangkut 18 ton kepiting ke Tiongkok. Untuk memenuhi standar keselamatan, minimal hanya mengangkut 15 ton kepiting per hari ke negeri itu.

"Selain kepiting bisa kita selipkan komoditas lain yang banyak dibutuhkan pasar Tiongkok dan Hongkong. Seperti gaharu, merica, udang, dan rumput laut. Nanti tinggal disesuaikan sampai kapasitasnya 15 ton," kata Amir kepada Tribun, Selasa (20/3/2018).

Kalimantan Utara bisa memproduksi kepiting sebanyak 20 ton per hari. Sebulan sebanyak 600 ton. Dari produksi itu, 60 persennya diekspor ke pasar Asia dengan cara ilegal dan legal. Selebihnya, 30 persen untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan 10 persen untuk konsumsi lokal.

"Dari 60 persen yang sering diekspor itu, 40 persennya ilegal, tidak tercatat. Itu yang kita ingin alihkan supaya pengumpul kepiting tidak lagi menjual kepiting ke tauke di Tawau, tapi langsung jual ke Tiongkok. Makanya kita mau fasilitasi dengan menghadirkan pesawat," katanya.

Potensi kepiting Kalimantan Utara seharusnya kata Amir menjadi salah satu brand ekspor provinsi bungsu ini. Bukan malah menjadi penyuplai kepiting ekspor bagi negara tetangga.

"Kita mau Kalimantan Utara yang jadi pengekspor, bukan cuma pengirim ke Tawau. Sudah berpuluh-puluh tahun tauke di Tawau yang menikmati keuntungan paling besar. Seharusnya, masyarakat kita sendiri yang menikmati hasil ekspor itu," ujarnya.

Ekspor kepiting dari Tarakan ke Shenzhen cuma butuh waktu 4 jam dengan pesawat udara. Dibandingkan lewat Tawau, waktu tempuhnya cukup panjang.

"Kita ekspor kepiting hidup. Tingkat kematiannya di perjalanan juga kurang. Ini yang akan memberi nilai tambah harga kepiting kita," ujarnya.

Amir berharap pengumpul-pengumpul kepiting memahami maksud pemerintah. Upaya ekspor langsung itu dimaksudkan agar masyarakat Kalimantan Utara menikmati keuntungan yang besar dari ekspor komoditas itu.

"Orang Tawau yang menikmati bertahun-tahun uang besar. Bukan orang kita. Kita malah yang dirugikan," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved