Kalau Lihat Konten Negatif di Internet, Begini Cara Melaporkannya, Akun Penyebar Langsung Diblokir

Media sosial dianggap memiliki peran besar dalam propoganda kelompok radikalesme dan terorisme saat ini

istimewa
Ilustrasi - Hoax 

TRIBUNKALTIM.CO - Media sosial dianggap memiliki peran besar dalam propoganda kelompok radikalesme dan terorisme saat ini.

Bahkan Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat 143 juta pengguna medsos yang sangat berpotensi terkena virus radikalisme dan terorisme.

Sejauh ini sejak pertama kali terjadi bom di gereja, menurut Donny, ada 1.285 akun medsos yang diblokir. Dan itu hanya dalam waktu 3-4 hari.

Demikian disampaikan Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Donny Budi Utoyo dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB9) bertajuk "Cegah dan Perangi Aksi Teroris" di Gedung Serba Guna Kemkominfo, Jakarta, Rabu (16/5/2018).

“Sekitar dua tahun yang lalu tanpa sengaja saya bersama teman-teman tim sedang masuk ke youtube. Tiba-tiba ada video yang baru di-upload. Menurut saya bagus sekali. Judulnya, “Ayahku Teladanku”. Kami sempat download,” ujar Donny.

Menurut Donny, ini video dokumenter yang bagus sekali karena digarap secara profesional. Di film itu diawali ada sekumpulan anak yang sedang latihan baris-berbaris dan latihan bela diri.

“Ternyata, ini video ISIS. Menariknya, sudah ada terjemahan bahasa Indonesianya. Di film itu, seorang anak memberikan testimoni, ‘saya mengikuti teladan ayahku, ayahku dibunuh oleh kafir dan sekarang saya harus membunuh kaum kafir’,” jelas Donny seraya mengutip kalimat di film tersebut.

Baca: Bangtan Boys Luncurkan Teaser Musik Video Kedua Berjudul Fake Love, Jelang Comeback Hari Ini

Donny menilai, film ini jelas memiliki tujuan sebagai bagian dari proses mendorong orang menjadi radikal melalui sosial media. Dan, dengan kemasan yang mereka buat di film itu, sangat mungkin sekali ada yang terpengaruh, khususnya anak-anak.

“Jika film ini ditonton oleh anak-anak, sudah bisa dipastikan akan terpengaruh. Karena menurut saya, kemasan dalam film ini dibuat secara profesional dan mudah dicerna anak-anak,” ujarnya.

Donny menjelaskan, di film itu mengadegankan, anak-anak yang berkelompok disatukan dalam satu rumah, ruangannya gelap, mereka bergerak seperti pasukan dengan menggunakan infrared, mengejar sesosok musuh yang mereka kejar.

“Ternyata, musuh yang dikejar mereka adalah warga negara asing yang sedang diikat matanya. Kemudian di adegan berikutnya musuh yang mereka kejar itu dieksekusi. Terlihat sangat real,” ulas Donny.

Baca: 5 Pesona Cantik Baby Jovanca, Pemeran OK JEK yang Kini Mendekam di Penjara

Untungnya, lanjut Donny, film ISIS itu tidak lama ada di youtube, setelah itu langsung ditakedown. Karena harus ada ketegasan atas audiovisual di media sosial yang berisi agitasi propaganda yang berbahaya seperti itu.

“Kami dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong penggunaan platform media sosial secara baik, sehat dan positif. Dan jelas sekali film itu sangat berbahaya. Karena itu harus ditakedown,” ulas Donny.

Di Indonesia, ada 143 juta pengguna medsos yang sangat berpotensi terkena virus radikalisme dan terorisme. “Kita harus bicara hulu dan hilir. Hulu seperti apa? Ya itu, literasi, bicara conten, dan narasi. Hilirnya baru pemblokiran,” jelas Donny.

Sejak pertama kali terjadi bom di gereja, menurut Donny, ada 1.285 akun medsos yang diblokir. Dan itu hanya dalam waktu 3-4 hari. Sesungguhnya, proses yang sudah dilakukan oleh kami jauh-jauh hari dilakukan terus menerus dan saat kejadian lebih diintensifkan.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved