Pilpres 2019

Ulas Logika Formal dan Dialektis, Andi Arief: Ini Alasan Demokrat Tak Pernah Kalah dalam Pilpres

Ia mengatakan jika AHY merupakan realitas yang masuk dalam level elektabilitas.

KOMPAS.com/ MOH NADLIR
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan (kanan) saat berbincang sebelum rapat tertutup terkait dengan penyelenggaraan Pilkada 2018 di kantor kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (3/1/2018). 

TRIBUNKALTIM.CO - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief berbicara mengenai logika formal dan dialektis terkait Pemilihan Presiden (Pilpres).

Dilansir TribunWow.com dari akun Twitter @AndiArief_ kicauan tersebut diunggah pada Selasa (17/7/2018).

Andi Arief awalnya menyinggung soal sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

Menurutnya, dalam politik, dialektika terjadi karena hubungan antara pengelihatan, rekam jejak, momentum, dan gerak. Ada dialektika maka ada realitas.

Ia mengatakan jika AHY merupakan realitas yang masuk dalam level elektabilitas, sehingga wajar apabila saat ini ia diperhitungkan sebagai cawapres.

Andi Arief lantas menyebutkan jika alasan Demokrat tidak pernah kalah dalam Pilpres adalah karena menganggap jika bukan ide yang menentukan materi, tapi sebaliknya.

"Ada logika formal ada dialektis.

Pendidikan Indonesia didominasi yang pertama.

Contoh logika formal: Gubernur aja kalah apalagi Capres, belum jadi Dandim sudah mau capres.

Kata Pram logika formal karena gak baca filsafat.

Resistensi jika direpresi bagi yang melihat dengan logka formal akan menyimpulkan bahwa kiamat buat resistensi.

Logika dialektis tidak demikian, represi bisa menghasilkan resistensi lebih besar.

AHY belum dandim dan kalah pilkada Jakarta,

Tapi hampir 1 juta orang sudah nyatakan dia peminpin pada pilkada karena figur dan latar belakang karier, pendidikan dan keluarga.

Setelah itu ia keliling Indonesia setelah jutaan rakyat menyaksikan ksatria dan perjuangannya di Jakarta.

Dalam politiik, dialektika itu terjadi karena hubungan antara penglihatan, rekam jejak, momentum dan gerak.

Baca juga:

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved