Burhanuddin Muhtadi: Lihat Dia (Tommy Soeharto), Ingat Monopoli Cengkih dan Mobnas
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi sindir Tommy Soeharto.Ingat mnopoli cengkih dan Mobnas.
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi memberikan sindiran kepada anak mantan Presiden Soeharto, Hutamo Mandala Putra yang beken dengan panggilan Tommy Soeharto.
Sindiran tersebut dituliskan Burhanuddin melalui akun Twitter miliknya, @BurhanMuhatadi, Minggu (22/7/2018).
Mulanya, Burhan menautkan berita Tommy Soeharto yang mengatakan jika korupsi, kolusi, dan neportisme makin parah dan asing makin dimanja.
Burhan pun menuliskan semoga generasi setelah tahun 1998 tidak menelah mentah apa yang dikatakan Tommy tersebut.
@BurhanMuhatadi: "Semoga generasi milineal pasca 1998 tak menelan mentah2 pepesan kosong ini."

Tweet itu pun dibalas netizen @AragornArwena yang mengatakan jika setiap kali melihat Tommy, dirinya belum bisa menghilangkan ingatan terkait kasus pembunuhan hakim.
Burhan pun kembali menyindir dengan menambahkan kasus yang mengingatkan dirinya pada Tommy Soeharto.
"Bukan hanya itu. Tiap kali lihat dia saya teringat monopoli cengkeh, mobnas dll." kicau Burhan.
Seperti yang diberitakan Kompas.com, pada tahun 2008, Tommy Soeharto pernah ditetapkan sebagai tersangka di kasus Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC).
Ia dianggap bertanggung jawab atas dugaan korupsi yang merugikan negara sebesar Rp 175 miliar itu.
Kasus tersebut kemudian dihentikan lantaran tidak ditemukannya kerugian negara.
Tommy juga pernah divonis 10 tahun penjara dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita pada 2002 lalu.
Sementara itu, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Ketua Umum Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), saat disinggung korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) selama orde baru, Tommy mengatakan, wartawan harus bisa menilai lebih jelas, lebih teliti, lebih fair dan adil.
KKN pada masa sekarang membuat korupsi merajalela dan operasi tangkap tangan (OTT) hampir ada setiap hari.
"Apakah KKN sekarang lebih baik. Korupsi di mana-mana. OTT setiap hari hampir ada. OTT setiap hari dari partai mana? Dijawab di situ memperlihatkan selama reformasi ini seharusnya membuat yang tidak baik menjadi baik," ujar Tommy.