Pilot Lion Air Ungkap Alasan Pesawat Berbiaya Rendah Lebih Sering Delay Dibanding Pesawat Premium

Pesawat delay sebenarnya juga bisa terjadi pada pesawat premium, namun, frekuensinya lebih jarang dibanding pesawat berbiaya rendah.

Editor: Doan Pardede
TRIBUN KALTIM/ARIDJAWANA
Penumpang menunggu hingga tertidur kelelahan gara-gara pesawat Lion Air delay, Selasa (10/5/2016) di Bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan. 

Pilot Lion Air Ungkap Alasan Pesawat Berbiaya Rendah Lebih Sering Delay Dibanding Pesawat Premium

TRIBUNKALTIM.CO - Pilot Vincent Raditya memberikan jawaban soal alasan maskapai berbiaya rendah sering mengalami delay dibanding pesawat kelas premium.

Hal ini diungkapkan Kapten Vincent melalui YouTube miliknya, Vincent Raditya, Kamis (1/11/2018).

Vincent membantah anggapan bahwa ada kerusakan atau maintenance yang bermasalah saat pesawat berbiaya rendah atau low cost carriers mengalami delay.

Ia mengatakan bahwa pesawat delay sebenarnya tidak berhubungan dengan pesawat murah atau biaya yang terjangkau kalangan tertentu.

"Kalian jangan bandingkan delay dengan maintenance pesawat karena ini merupakan dua hal yang berbeda, ya delay ya bisa aja terjadi, delay bisa saja mereka handle karena mungkin flight-nya banyak dan mereka terjadi delay," ujarnya.

Vincent menjelaskan, sebenarnya pesawat delay juga bisa terjadi pada pesawat premium, namun, frekuensinya lebih jarang dibanding pesawat berbiaya rendah.

Karni Ilyas Kaget Dengar Jawaban Rusdi Kirana soal Lion Air Sering Delay

Warga: Harga Tiket Pesawat Menuju Balikpapan Masih Mahal, Kena Delay Tiga Jam Pula

"Misalnya kamu kan memilih harga lebih murah, tapi yang premium bukan berarti gak delay, semua penerbangan itu mesti ada kemungkinan delay."

"Gak mungkin ada satu penerbangan tidak delay tidak mungkin karena ini berhubungan dengan benda bergerak. Namun yang premium airlines saya pastikan 80-90 persen tidak delay, tapi yang low cost carriers memang ada juga yang gak delay, tapi kalau kebanyakan delay,"ujarnya.

Ia juga kembali menegaskan bahwa semua maskapai penerbangan sama saja, hanya servis dari maskapai tersebut yang membedakan.

"Intinya secara operasional cara mengoperasikan pesawat, pilotnya, tekniknya, pramugarinya, cara buka pintunya, dll akan sama saja, yang membedakan hanya servisnya," tambahnya.

Lihat videonya:

 Sebelumnya, Vincent juga bercerita ketika dahulu biaya pesawat mahal, kini orang yang bisa menikmati pesawat berbiaya rendah.

"Yang tadinya itu naik pesawat tadinya Rp 2,5 juta sekali naik, orang akan berpikir orang-orang yang tidak mampu itu bisa terbang, otomatis lahirnya low cost carriers, dan itu bukan hanya ada di Indonesia, banyak sekali di Eropa," tambahnya.

Pesawat berbiaya rendah tersebut biasanya digunakan airlines dengan cara mengganti seat penumpang.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved