Kisah Gracia Chrisfabiani, Tenaga Bidan di Pedalaman Kalimantan Timur yang Pernah Dikalahkan Dukun
Dalam bertugas, dirinya kerap harus dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat kampung masih memercayakan hidup mereka kepada dukun.
Kisah Gracia Chrisfabiani, Tenaga Bidan di Pedalaman Kalimantan Timur yang Pernah Dikalahkan Dukun
TRIBUNKALTIM.CO - SENDAWAR - Tenaga kesehatan adalah salah satu yang paling dibutuhkan di tempat-tempat terpencil dan juga daerah pedalaman selain tenaga pengajar.
Kabupaten Kutai Barat pada 2013 lalu memberikan beasiswa kebidanan kepada sejumlah pelajar Kutai Barat, yang diharapkan bisa mengabdikan diri di daerah-daerah pedalaman.
Salah satu pelajar yang beruntung mendapatkan beasiswa adalah Gracia Chrisfabiani, yang lebih akrab disapa Febi.
Gadis asli suku Dayak ini telah menyelesaikan studinya di Universitas Respati Yogyakarta, dan saat ini tengah bertugas sebagai seorang tenaga kesehatan di sebuah kampung kecil di jantung Kalimantan Timur, desa Tutung. Kampung ini terletak di kecamatan Linggang Bigung, Kutai Barat.
Terbongkar, Begini Modus Dua Remaja Curanmor di Balikpapan Jual Hasil Curiannya
Deretan Foto Sandiaga Uno Cium Tangan Megawati hingga Maruf Amin Sebelum Debat Capres 2019
Ini Member Keempat TXT, Taehyun yang Disebut Sebagai Rapper dan Jago Berbahasa Inggris
Febi sendiri bisa bertugas setelah lolos seleksi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kutai Barat, untuk mencari bidan yang bisa ditempatkan jauh di pedalaman di tempat yang tidak ada fasilitas kesehatan.
"Setelah bersaing cukup ketat dengan peserta lain, saya akhirnya ditempatkan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Tutung hingga lima tahun ke depan," ujarnya.
Bekerja sebagai tenaga kesehatan di tempat terpencil bukan tanpa risiko. Apalagi, dia telah terbiasa dengan ritme kehidupan di kota besar.
Dalam bertugas, dirinya kerap harus dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat kampung masih memercayakan hidup mereka kepada dukun.
"Yang sangat menyedihkan adalah ketika saya hampir dikalahkan oleh dukun kampung untuk menolong persalinan," ujarnya.
"Sebagian orang di desa Tutung lebih percaya dan memilih dukun kampung untuk membantu menolong persalinan ketimbang tenaga kesehatan." lanjutnya lagi.
Dari pengalaman tersebut dia merasa wajib untuk lebih banyak mendekatkan diri kepada masyarakat, bahkan, dia juga mendekati sang dukun kampung.
"Dengan mendekatkan diri kepada mereka, kami jadi bisa berkomunikasi, bahkan saling bekerja sama," lanjutnya sambil tertawa.
Dara kelahiran 20 September 23 tahun lalu ini melanjutkan, ketiadaan layanan listrik dari PLN seolah menjadi hal yang biasa di desa Tutung.
"Tidak ada listrik, sebagian org menggunakan tenaga surya, sebagiannya lagi menggunakan mesin genset. Terus, tidak ada air bersih di sini, warga mengumpulkan air dengan cara menampung air hujan di bak besar lalu dialirkan kepada setiap rumah," katanya.
