Wawancara Eksklusif
Dirut Bankaltimtara Beberkan Terobosan Bisnis 2019, Ciptakan Kawasan Belanja Non Tunai
SEJAK beralih status menjadi perseroan terbatas, 2017 lalu, PT Bank Pembangunan Daerah BPD Kaltim-Kaltara (Bankaltimtara) terus berlari kencang.
Penulis: Rafan Dwinanto | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO - SEJAK beralih status menjadi perseroan terbatas, 2017 lalu, PT Bank Pembangunan Daerah BPD Kaltim-Kaltara (Bankaltimtara) terus berlari kencang. Beragam inovasi pun dilakukan. Sebagai entitas bisnis, Bankaltimtara dituntut menghasilkan laba. Di sisi lain, status sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), membuat bank yang sahamnya dimiliki dua pemprov plus 15 kabupaten/kota, wajib berperan sebagai agen pembangunan.
PADA 2019 ini, Bankaltimtara punya sejumlah terobosan. Mulai membangun komunitas transaksi non tunai, hingga aksi koorporasi berupa penerbitan surat utang. Manajemen Tribun Kaltim yang dikomandani Wakil Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan Tribun Kaltim, Pitoyo, bersilaturahmi dengan Direktur Utama Bankaltimtara, Zainuddin Fanani, Senin (28/1).
Berbagai topik dibahas dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam setengah. Zainuddin pun menuturkan beberapa terobosan dan program prioritas Bankaltimtara. Berikut petikannya.
Bagaimana posisi Bankaltimtara saat ini? Kabarnya menjadi salah satu bank daerah terbesar di Indonesia?
Jumlah modal disetor kita Rp 3 triliun lebih. Ini menjadi bukti komitmen tinggi pemegang saham kepada Bankaltimtara. Jadi kita modal disetor ketiga terbesar di Indonesia. Di bawah Bank DKI dan Bank Jatim. Ini kita balas dengan cara membuka jaringan kantor di tiap kecamatan. Memberikan layanan langsung kepada masyarakat dengan membuka jaringan kantor di semua kecamatan.
Baca: Zeromatic Belleza, Mesin Cuci Hemat Peraih Top Digital PR Award 2019
Kaltim ada 103 kecamatan, dan kami sudah hadir di semuanya. Kebanyakan di Kaltara yang belum. Terutama Malinau. Tapi yang belum ada jaringan kantor, ada agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif). Agen ini merupakan pengusaha setempat yang sudah kita didik dan seleksi.
Transaksi pada Laku Pandai berupa tarik tunai, transfer, simpan. Kabupaten Malinau dari 16 kecamatan, kami baru hadir di 9 kecamatan. Kan penduduknya menyebar berjauhan. Karena masuk di kawasan hutan. Infrastruktur dan komunikasi yang masih berat untuk membuka jaringan kantor di wilayah Malinau.
Bagaimana perjalanan Wisata Belanja Bankaltimtara. Tampaknya semakin ramai?
Kami punya Wisata Belanja (Wisbel) Bankaltimtara. Diluncurkan sejak 2012. Sekarang cukup besar, lebih dari 300 pedagang terlibat. Lokasinya di jalan masuk kawasan Stadion Madya Sempaja. Wisbel hanya ada setiap Minggu pagi.
Kami siapkan tenda gratis, dipasangkan dibongkarkan, lahan disewakan, kebersihan kami bantu. Jadi mereka gratis memanfaatkan. Itu sebagai CSR BPD.
Bahkan banyak pedagang yang naik status, dari berjualan di bawah tenda sekarang punya ruko. Mereka buka di sana dan sekaligus melayani pesanan. Selama tujuh tahun berjalan memberi pesan cukup baik bagi kami untuk melakukan pembinaan terhadap UMKM. Sekarang kami ingin menjadikan Wisbel itu menjadi perdagangan non tunai. Kerjasama dengan aplikasi lokal, Pesan Bungkus.
Baca: Warga Manggar, Balikpapan Ngebor Sumur Keluar Gas Disertai Jilatan Api, Enam Rumah Terbakar
Rencana 10 Februari 2019 kami launching. Karena pesan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), bank membuat suatu komunitas, di mana transaksinya menggunakan non tunai. Kawasan ini sudah berjalan dan berhasil. Nanti beberapa tahun lagi kawasan ini akan terkenal sebagai kawasan non tunai.
Kami menggandeng aplikasi lokal, karena kami menyadari potensi pengusaha lokal tak kalah. Hanya mereka belum diberi kesempatan untuk menaikkan brandnya. Sekarang kami coba bawa aplikasi ini. Jadi pasang aplikasinya, top up-nya lewat BPD Kaltimtara. Kawal Unik (Kawasan Wisata Belanja Unik) jadi taglinenya Wisbel, nanti. Kenapa unik? Karena tidak dibolehkan belanja tunai. Jadi ini uniknya.
Potensi menghimpun dana pihak ketiga dari anak-anak TK, SD, cukup besar. Karena, biasanya orangtuanya juga ikut 'sekolah'?
Kami ada Tabungan Simpanan Pelajar (Simpel). Kami bekerjasama dengan sekolah, jadi ada kewajiban pengajar menyosialisasikan ini kepada muridnya. Pada jam istirahat, mobil bank kami masuk ke sekolah, dan pakai pengeras suara memutar lagu anak-anak, biar mereka tertarik.
Jadi si anak saat diberikan buku tabungan, mereka saling lihat sama temannya. Jika saldonya kalah, mereka mengadu, minta saldonya ditambah oleh orangtuanya. Dari anak inilah kami juga masuk ke orangtuanya dengan bentuk produk tabungan lain.
Yang perlu dilihat, peningkatan Tabungan Simpel ini luar biasa. Dari Rp 50-an miliar pada 2017, menjadi lebih dari Rp 90 miliar pada 2018. Simpel ini, satu sekolah, hanya bisa kerjasama dengan satu bank. Karena kami hadir sampai di kecamatan, jadi kami kerjasama dengan sekolah-sekolah di pelosok.
Baca: Tak Dekat dengan Mario Gomez, Bojan Malisic Tanggapi Pelatih Baru Persib Bandung Miljan Radovic
Tiap peresmian, Pak Camat senang. Bahkan tak jarang Pak Camat bangga, dan memproklamirkan kecamatannya sudah sejajar dengan kecamatan maju lainnya. Karena, syarat maju tidaknya daerah bisa dilihat dari ada tidaknya bank di daerah tersebut.
Simpel hanya sekali buka rekening. Jadi selama menjadi pelajar, dia menjadi nasabah kami. Dari TK sampai SMA, berarti ada 13 tahun, akan menjadi nasabah bank. Harapannya, karena sejak awal mengenal BPD, dan akan terus ingat BPD sampai dia kerja nanti.