Berita Eksklusif
Pengusaha Perkayuan Kesulitan Akses Modal, BI Kaltim: Bank Trauma dengan Industri Kayu
Keengganan perbankan menyalurkan kredit untuk sektor industri perkayuan, terutama industri kayu tak terlepas dari trauma masa lalu.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Keengganan perbankan menyalurkan kredit untuk sektor industri perkayuan, terutama industri kayu lapis, sawmil dan moulding di Kaltim tak terlepas dari trauma perjalanan industri ini sebelumnya.
Diketahui, industri perkayuan Kaltim pernah mencapai masa emas. Puluhan ribu tenaga kerja terserap. Namun, seiring waktu, industri yang sempat menjadi tulang punggung ekonomi Kaltim ini runtuh. Pabrik-pabrik raksasa gulung tikar, dan puluhan ribu tenaga kerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Mungkin masih terbawa kejadian (taruma) masa lalu saat industri kayu lesu," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim Muhamad Nur, menanggapi keengganan perbankan menyalurkan kredit pada industri kayu di Kaltim, Kamis (28/2).
• Izin Pemanfaatan Kayu tak Dibatasi, Industri Kayu di Kaltim Terancam 3 Tahun Habis
Namun, Nur menegaskan, sejauh ini tidak ada kebijakan perbankan yang memasukkan industri perkayuan Kaltim, dalam black list investment. "Secara nasional, black list investasi perkayuan itu tak ada. Selama industri itu potensial, bank pasti masuk," kata Nur.
Contohnya, kata Nur, pada Hutan Tanaman Industri (HTI), berikut pabrik pulp and papernya. Semua tumbuh dengan permodalan yang berasal dari perbankan. "Industri pulp itu suport dari perbankan. Pabrik kertas ada banyak di Indonesia, dan ini investasi yang potensial," katanya lagi.
Terkait industri kayu, secara ekonomi, saat ini kontribusinya terhadap perekonomian Kaltim tergolong kecil. "Perkayuan ada dalam industri kita. Tapi share-nya kecil dibandingkan industri yang lain," ungkap Nur.
Nur juga mendapat informasi, dalam waktu dekat akan ada pabrik pulp and paper yang akan berinvestasi di Kaltim. Tepatnya di Kabupaten Berau. Diketahui, selama ini hasil dari HTI Kaltim yang lebih dari 3 juta meter kubik per tahun, seluruhnya dikirim ke berbagai daerah di Indonesia yang memiliki pabrik pulp and paper.
• Kuasa Hukum AM Menolak Kliennya Disebut Berkampanye di Rumah Ibadah
"Sementara kan hasil HTI kita ini diolah di Sumatera, Riau. Karena di sana ada beberapa pabrik pulp and paper raksasa. Bukan berarti tak akan buka di sini. Saya dengar ada calon pabriknya di Berau, nanti," tutur Nur.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Kaltim Taufan Tirkaamiana mengeluhkan sulitnya mengakses permodalan dari perbankan. Padahal, permodalan tersebut sangat diperlukan untuk merevitalisasi mesin-mesin pada pabrik.
"Mungkin karena sunset industri, makanya bank enggan memberi kredit. Takut nanti kreditnya macet," kata Taufan.
Dengan mesin-mesin baru yang lebih canggih, menurut Taufan, pabrik-pabrik kayu di Kaltim akan bisa bersaing dengan pabrik serupa yang ada di Pulau Jawa. Dengan mesin baru pula, kinerja industri kayu di Kaltim akan makin efisien dengan produk akhir yang beragam. Diketahui, selama ini produk kayu Kaltim hanya berkutat pada kayu lapis, moulding dan kayu pertukangan.
• Keluarga Sandiaga Uno di Gorontalo Deklarasi Dukung Jokowi-Maruf Amin, Ini Alasan Mereka
"Dengan mesin yang ada ini, kami boros bahan baku. Bahan baku 100 kubik, hasilnya maksimal 50 kubik. Kalau dengan mesin baru, bisa naik jadi 60-70 persen," ungkap Taufan. (dmz/rad)