Berita Eksklusif
Stres Gegera Gagal Jadi Caleg Jangan Pergi ke Dukun, Ini Penjelasan Ahli Kejiwaan
Masih ada prasangka rumah sakit jiwa merupakan tempat menyeramkan seperti adanya kerangkeng besi bagi pasein parah seperti di film
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Derah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, dr Jaya Mualimin SpKJ, Mkes, MARS, tak memungkiri, kondisi sosial masyarakat yang ia istilahkan "belum rumah sakit minded' membuat kondisi orang yang stres bisa makin parah.
Masih ada prasangka rumah sakit jiwa merupakan tempat menyeramkan seperti adanya kerangkeng besi bagi pasein parah seperti yang dipertontonkan film.
Tak sedikit pula, banyak yang menganggap stres apalagi gangguan jiwa adalah karena faktor klenik seperti karena bisikan roh halus. Ujung-ujungnya `berobatnya' pun ke dukun, sehingga memperparah mental dan psikologis karena tak kunjung sembuh.
• Mads Mikkelsen, Aktor Antagonis di Doctor Strange Main di Film Arctic, Ini Jadwal Tayang di Bioskop
• Gabungan Sopir Angkot di Samarinda Ikut Tangkal Berita Hoaks
Dijelaskan Jaya, secara psikologis orang dikatakan normal dan dewasa ketika memiliki cara pikir yang rasional.
Misalnya, dalam konteks caleg yang gagal melenggang ke parlemen, dia mampu mengetahui apa penyebab rasional gagal, misalnya dana habis dan sebagainya.
Diakuinya, ada banyak kejadian, warga yang baru berobat ke rumah sakit jiwa setelah sebelumnya gagal sembuh lewat dukun.

Hal ini, menurut Jaya, menguatkan masih ada pikiran masyarakat bahwa rumah sakit jiwa dengan penangan medis dan ilmiah adalah pilihan terakhir. Tak sedikit, di rawat dengan kondisi sakit jiwa yang berat.
Jaya berharap caleg dalam proses pemilihannya menggunakan cara-cara yang rasional meraih kursi leglilatif.
Ini, agar beban psikologis saat dirinya mengeluarkan uang yang besar dan gagal tak bertambah. Lebih-lebih menguatkan ketidakrasionalan dalam pikiran.
• Beredar Video Pengakuan Vincentia Tiffani Disuruh Panitia Acara Minta jadi Istri Kedua Sandiaga Uno
• Sosok Rian Subroto, Pengusaha yang Keluarkan Uang Rp 80 Juta Demi Vanessa Angel, Awalnya Fans Berat
Jaya menyarankan, sebaiknya kegagalan itu disikapi secara rasional. Setiap manusia memiliki kemampuan luar biasa menyelesaikan masalah.
Kegagalan, lanjut dia, harusnya dijadikan cambuk untuk perbaikan hidup di masa depan. Jangan sampai berujung depresi dan malah bertemu dengannya di rumah sakit jiwa.
"Kalau rasional, tahu diri, kalau gagal wajar, tak merasa kehilangan yang luar biasa," katanya.
Disebutnya, tanda-tanda lain orang yang mengalami stres sedang di antaranya nafsu makan kurang baik tak seperti biasanya, sedih, menyesal, putus asa dan susah tidur.
"Kalau berat bisa mengganggu orang lain, lingkungan dan diri sendiri," jelas Jaya.
Stres yang menyerang mental dan psikologis orang juga memicu sakit di beberapa organ vital dan komplikasi penyakit lain. Misalnya, karena enggan makan, minum dan tidur selama beberapa hari bisa memicu sakit di bagian pencernaan seperti maag.
• Caleg Gagal yang Stres di Kaltim Diprediksi Tinggi, RSJD Atma Husada Siapkan Poli Eksekutif
Selain itu, karena emosi berlebihan, ditambah pola makan kurang sehat sebelumnya, aliran darah yang semakin kencang saat marah, bisa memicu penyumbatan aliran darah yang berpetensi penyakit jantung dan stroke.
Bagi calon pasien yang menderita stres ringan, biasanya dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter kejiwaan.
Bisanya dokter yang mendiagnosa pasein stress ringan akan menganjurkan untuk konseling minimal dua kali selama seminggu sekali.
Terapi untuk membangkitkan kepercayaan dan orientasi diri ini, akan dibarengi dengan pemberian obat yang diminum tiap hari sesuai keluhan.
• VIDEO EKSKLUSIF - Pemilu 2019, Caleg Gagal Berujung Stres Diprediksi Tinggi
• Prakiraan Cuaca Samarinda Rabu (27/3/2019), Mulai Pukul 11.00 Wita Terjadi Hujan Lokal
Misalnya, obat anti stress, cemas dan obat-obat sesuai dengan penyakit lain yang dosisnya akan dievaluasi tiap bulan. Apakah dinaikkan atau diturunkan bertahap hingga berakhir masa terapi.
Dalam tahap konseling ini, dokter dan pasien akan saling bercerita dan mengeksplorasi apa dan mengapa hal itu terjadi untuk memudahkan pemecahan masalah.
Istilahnya, lanjut Jaya, menata manajerial pemecahan fokus masalah yang dimiliki tiap orang agar kembali pulih. (*)