Kebakaran Pasar Jamaker

Cuma Satu Dus Jualan Saya Yang Selamat

Usahanya benar-benar ludes. Apalagi, barang-barang yang terbakar itu baru saja didatangkan dari Jakarta.

zoom-inlihat foto Cuma Satu Dus Jualan Saya Yang Selamat
TRIBUN KALTIM / NIKO RURU
Para murid Sekolah Dasar, Jumat (21/11/2014) melintas di samping ‘bangkai sepeda’ yang terbakar di Pasar Jamaker Kamis malam.
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Mata Suhartina memerah. Tak terasa air matapun menetes saat ia mengenang sakitnya merintis usaha tahun 2005 silam. Perantau asal Sulawesi Selatan itu berupaya mencari nafkah dengan berdagang di kios yang disediakan  Ketua RT 03, Kelurahan Nunukan Barat, Suardi M Saleh di Pasar Jamaker. (Baca juga: Ayam Jutaan Dibawa Kabur Saat Kebakaran)
Ia menjual baju dan aksesoris yang hasilnya sedikit demi sedikit dikumpulkan untuk membangun rumah di Jalan Sungai Bilal, Kecamatan Nunukan.
Namun, disaat usahanya sedang maju pesat, kebakaran terjadi di pusat perekonomian terbesar di ibukota Kabupaten Nunukan itu. Saat kebakaran itupun dia sedang berada di rumah sehingga kios miliknya dalam keadaan terkunci.
Cuma satu dus jualan saya yang sempat diselamatkan. Itupun orang yang bantu mengangkat. Api sudah dekat pintu, sudah tidak bisa masuk saat saya tiba,” ujarnya, Jumat (21/11/2014).
Usahanya benar-benar ludes. Apalagi, barang-barang yang terbakar itu baru saja didatangkan dari Jakarta. “Aksesoris saja itu sekitar
Rp 20 juta. Ndak ada yang selamat. Belum lagi baju yang terbakar,” ujarnya.
Suardi bernasib lebih tragis. Tiga rumah yang dia bangun dengan kerja keras dan satu unit speed boat berikut mesinnya 200 PK hangus terbakar. Saat kebakaran baru terjadi, yang dipikirkannya saat itu bagaimana api bisa dipadamkan?
Saya pas lagi di pasar waktu itu. Saya melihat sendiri di rumah Pak Ardi Reni kebakaran. Waktu itu cuma berfikir bantu masyarakat padamkan api. Bagaimana bisa padam dengan sedaya upaya, tetapi tidak ada tersisa. Apa boleh buat,” ujar Suardi yang berbaur bersama ratusan warganya di tenda darurat sekitar lokasi kebakaran.  Dia mengaku kerugiannya akibat kebakaran itu mencapai lebih Rp250 juta.
Musibah seperti ini bukanlah baru pertama kali dialaminya. Pada 30 Nopember 2001 silam, dia dan ribuan warga lainnya di pemukiman atas air Pasar Beringin Liem Hie Djung juga mengalami nasib serupa.  Hampir tidak punya harta yang tersisa, dia bersama sejumlah warga berusaha bangkit dari keterpurukan dengan secara swadaya membangun pemukiman di lahan milik Jamaker, unit usaha milik Angkatan Darat.
Kami dari nol. Sakit betul karena mulai dari nol betul-betul. Setelah kebakaran, kami swadaya membangun,” ujarnya.
Atas prakarsanya bersama para warga eks-kebakaran Pasar Beringing, mereka kemudian mengembangkan pemukiman baru di atas air sebagai sentra ekonomi terbesar di Pulau Nunukan. Pelabuhan speet boat didirikan, menyusul pasar ikan, pasar sayur, kios sembako hingga pakaian berdiri di kawasan padat penduduk tersebut.
Namun Tuhan berkehendak lain. Disaat para pedagang sedang menikmati penghasilan yang cukup lumayan, sejak Kamis (20/11/2014) sore kebakaran justru menghanguskan seluruh usaha yang mereka bangun dengan susah payah itu.
Cukup sedih melihat saudara kita yang ada di sini. Sedih dari yang tidak ada sampai bangun rumah terbakar lagi. Dari yang tidak punya rumah, tidak punya mobil bisa beli mobil terbakar lagi,” katanya.
Beratnya cobaan yang dihadapi warga setempat tak membuat mereka lantas pasrah dan menyerah. Suardi sudah punya gambaran untuk kembali bangkit membangun kembali pusat perekonomian baru.
Mereka akan menuntut Pemerintah mengembalikan hak mereka untuk membangun di lahan eks-kebakaran Pasar Beringin Liem Hie Djung yang telah direklamasi.
14 tahun sudah. Program pemerintah yang 2001 kami mau pindah kembali ke tanah Liem Hie Djung, belum juga terealisasi,” ujarnya.
Dia sudah bertekad tidak ingin membangun kembali di kawasan eks-Pasar Jamaker.
“Kami tidak mau di sini. Kalau Pemerintah mau timbun terserah. Yang penting kembali ke bekas Lamijung. Kemungkinan hari ini juga dibangun pasar ikan sementara di sekitar sini. Bantuan sementara dari Bapak Nardi Azis, anggota DPRD Nunukan,” ujarnya.
Jika Pemerintah Kabupaten Nunukan sudah memberikan izin membangun di lahan eks-Pasar Beringin, pihaknya langsung membangun kembali pemukiman dan pusat perekonomian.
“Kami ingin kembali yang 14 tahun lalu, di Pasar Beringin. Kami tidak mau memikirkan yang terbakar tetapi kami mau kembali ke tanah kami semula Beringin 1, 2 dan 3,” ujar Suardi yang mengaku harus memasak sendiri di tenda pengungsian semenjak kebakaran Kamis malam lalu. (*)
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved