Wanita
Perempuan Sukses Cenderung Depresi
Studi terbaru menunjukkan bahwa kesuksesan perusahaan dapat menyebabkan tekanan bagi perempuan.
TRIBUN KALTIM, CO - Perempuan yang sukses berkarier di tempat kerja pasti memiliki semuanya, ya jabatan tinggi, otoritas penuh, penghasilan besar, dan penghormatan dari sekelilingnya. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa kesuksesan perusahaan dapat menyebabkan tekanan bagi perempuan.
Mereka yang memiliki kemampuan memecat dan mengangkat karyawan, serta memengaruhi gaji mereka, secara signifikan mengalami gejala depresi daripada perempuan yang tidak memiliki kekuasaan ini. Singkatnya, perempuan sukses cenderung mengalami gejala depresi .
Tim peneliti dari Universitas Texas di Austin melacak 1.300 pria dan 1.500 perempuan yang lulus dari SMA di Wincosin selama 50 tahun belakangan, untuk mensurvei populasi pada empat poin berbeda dalam karier mereka.
Setelah menghitung perubahan hidup dan faktor-faktor lain yang mungkin mengakibatkan dampak kesehatan mental yang negatif, penulis studi tersebut menemukan bahwa otoritas pekerjaan menurunkan gejala depresi pada pria, tapi secara signifikan malah meningkatkan gejalanya pada perempuan.
Salah satu peneliti, Tetyana Pudrovska yang juga asisten profesor di Departemen Sosiologi di Universitas Texas, Austin, mengatakan bahwa perempuan seharusnya dikondisikan menjadi lebih bahagia.
"Otoritas kerja biasanya dipertimbangkan sebagai sumber daya yang diinginkan karena terkait pendapatan yang lebih besar, jabatan yang lebih prestisius, fleksibilitas, tugas yang menantang, dan bisa mengatur jadwal. Semua itu kan seharusnya bisa memperbaiki kesehatan," ujarnya.
Tetapi wanita dengan jabatan tinggi dievaluasi dengan lebih ketat dibandingkan dengan perempuan tanpa otoritas pekerjaan maupun rekan kerja pria. "Perempuan dengan status yang lebih tinggi sering diperhatikan secara berlebihan, dan mengalami diskriminasi dan penganiayaan jender. Hal inilah yang memicu stres yang kronis, yang bisa membalikkan manfaat kesehatan dari otoritas kerjanya itu," jelas Pudrovska.
Harapannya, penelitian ini bisa meningkatkan kesadaran mengenai kekuatan sosial budaya yang lebih luas untuk perempuan dengan jabatan tinggi. Demikian pula dengan stereotip mengenai kepemimpinan wanita yang kerap menimbulkan stres.
"Kita perlu menanggapi pandangan kuno yang mengatakan bahwa perempuan secara temperamen tidak cocok memimpin, atau bahwa mereka bukan pemimpin yang kompeten," katanya.
Yang penting, kaum wanita harus lebih peduli dengan kesehatan diri mereka. Kaum perempuan di posisi ini umumnya tidak punya waktu untuk berolahraga, makan sehat, atau beristirahat yang cukup. Luangkan waktu sebentar saja untuk diri sendiri. Dan jika Anda merasakan tanda-tanda depresi, seperti kehilangan minat pada hobi atau susah berkonsentrasi, segeralah berkonsultasi dengan ahli kesehatan.