TRIBUN KALTIM GOES TO THAILAND

Buah-buahan Bangkok Ini Ternyata Lebih Murah dan Segar di Negerinya

Bangkok kerap diidentikkan dengan buah-buahan unggul. Tetapi, Bangkok sesungguhnya tidak cuma buah.

Thailand terkenal dengan buah-buah unggul yang berbuah sepanjang tahun. Buah-buahan ini dijual lebih murah ketimbang buah sejenis di Indonesia. Buahnya pun segar, dan banyak dijumpai di pasar-pasar kaki lima di Bangkok maupun di sentra perkebunan buah Suphattra Land. 

Laporan Wartawan TribunKaltim.co dari Bangkok, ACHMAD BINTORO

TRIBUNKALTIM.CO, BANGKOK - Apa yang pertama terlintas dalam pikiran Anda saat mendengar nama Bangkok? "Saya ingat duriannya," jawab Arifin Samuel Candra Sin, seorang notaris yang berkantor di Balikpapan Baru, Balikpapan, Kalimantan Timur. "Jambunya," timpal Riduan Syahranie, pensiunan Kepala SMPN 1 Balikpapan.  

Bagi kebanyakan orang Indonesia, Bangkok ternyata lebih identik dengan buah-buahan unggul. Tetapi, Bangkok, sesungguhnya tidak cuma buah. Ada beragam wisata menarik berbasis budaya, agrowisata, alam, hingga pertunjukkan. Di negeri gajah putih ini apa pun bisa dikemas dalam paket-paket wisata yang menarik dan semua mampu mendulang jutaan wisatawan mancanegara.

Baca juga: Setelah 26 Tahun, Roy Theysen Bersua Gurunya Justru di Negeri Seberang

Pagi itu, Arifin, Riduan dan rombongan My Best Friend Forever Goes Tour to Bangkok-Pattaya with Tribun Kaltim sedang berkumpul di Bandara Internasional Sultan AM Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Kami meriung dalam beberapa kelompok kecil di pojok, depan ruang check in keberangkatan internasional. Tepat pukul 10.00 pesawat Garuda Indonesia GA 563 membawa kami terbang ke Jakarta, untuk selanjutnya menuju Bangkok, Thailand.

Durian

Bagi sebagian besar peserta, ini adalah perjalanan pertama mereka ke negeri gajah putih tersebut. Meski belum pernah menginjakkan kaki di Thailand, tetapi telinga dan lidah mereka sudah akrab dengan produk-produk bangsa Thailand, terutama hasil pertaniannya. Ya, siapa sih yang tidak kenal buah-buahan Thailand?

Buah-buahan dengan label "bangkok" atau "thailand", di mata masyarakat Kaltim dikenal dengan kualitasnya yang baik. Ada pepaya bangkok, jambu bangkok, duku bangkok, manggis bangkok, asam bangkok, dan durian bangkok. Pendek kata, semua buah yang ada bangkok-bangkoknya bisa dipastikan enak dan lezat.

Nyaris tak ada buah produksi Thailand yang kita temui di mal, plaza, bahkan lapak-lapak pinggir jalan di Balikpapan maupun Samarinda, berkualitas buruk. Buahnya selalu besar, ranum, manis, dan segar. Durian misalnya, tampak lebih besar ketimbang durian-durian jenis lokal.

Durian yang dimaksud Arifin adalah durian mon thong. Di Malaysia, jenis unggul ini disebut D-159. Durian jenis ini banyak digemari masyarakat Kaltim karena kulitnya yang tipis dan daging buahnya tebal, dengan warna kuning yang menarik. Aromanya pun tidak terlalu menusuk. Durian mon thong mudah ditemukan di pasar-pasar modern hingga lapak-lapak pinggir jalan. Tidak jarang bahkan menggusur varian-varian lokal seperti "lai".

Sungai Chao

Saat tiba di Thailand, puncak musim durian sudah lewat. Kami tidak mampir ke Rayong, sebuah sentra kebun buah seluas 290 hektare di areal milik seorang pengusaha beken, Suphattra. Tetapi, masih mudah menemukan beberapa penjual buah di dua kota yang kami kunjungi, Pattaya dan Bangkok. Saat singgah di Nong Noach Village (sebuah kebun bunga) misalnya, di sela menyaksikan atraksi sirkus gajah, saya menemukan lapak penjual durian (dalam bahasa Thailand disebut thu-rian) mon thong.

Tersedia dalam bentuk utuh maupun yang telah dikupas (dibungkus plastik wrap). Satu kilogram seharga 60 bath (1 bath = sekitar Rp 400). Sedang yang sudah dikupas ukuran kecil harganya 40 bath (sekitar Rp 16.000). Cukup terjangkau. Anda mau beli di mana pun, di lapak pinggir jalan maupun di mal-mal besar seperti MBK Mall, kesegaran dan kelezatannya tidak pernah berbeda.  Begitu pula saat di Wat Arun, terlihat beberapa lapak penjual buah-buahan bangkok.

Ada jambu air (farang), mangga (mamuang), nangka (khanun), dan nanas (sapparot). Jambu airnya besar dan segar.Warnanya merah maron dan tidak berbiji. Sangat manis. Siapa pun akan tergoda untuk mencicipinya. Sekilo harganya hanya 30 bath (sekitar Rp 12.000), sudah termasuk sambal yang berupa parutan kelapa sangrai asin-pedas.

Tentu saja Thailand tidak cuma buahnya. Negeri ini memiliki banyak sekali obyek wisata menarik.  Sebuah pantai yang sederhana di Pattaya misalnya ternyata bisa dibanjiri jutaan wisman. Padahal,  kata Roi Theisen, peserta Tur Bersama Tribun Kaltim, pantai Pattaya masih kalah indah dibanding Bali atau Lombok.

Data yang dikeluarkan Pacific Asia Travel Association (PATA) menyebutkan, tahun 2013 lalu, jumlah wisman yang berkunjung ke Thailand mencapai 26,5 juta orang. Disusun Malaysia di angka 26,3 juta, dan Singapura dikunjungi sekitar 15,6 juta atau tiga kali lipat dari jumlah penduduknya sendiri. Sedang Indonesia dikunjungi 8,8 juta orang.

"Lihat pula sungai di Chao Phraya di Bangkok, sebenarnya tidak lebih baik dari Sungai Mahakam di Samarinda. Yang membedakan adalah pemerintah Thailand bersama industri pariwisata di sana mampu memoles dan mengemasnya menjadi lebih menarik," tutur Roy dari Samarinda.

Kaltim pernah memiliki kebun agrowisata di Km 35 jalan raua Samarinda-Balikpapan. Sayangnya, kebun yang dikelola oleh Dinas Pertanian Kaltim itu tidak jelas bagaimana pengelolaannya. Dulu pernah digadang-gadang menjadi sentra kebun buah sekaligus berharap mendatangkan wisatawan. Tapi, kini sekedar berbuah saja, tidak pernah ada yang tahu.

Thailand menurutnya memulai dan serius mengembangkan yang sudah ada. Anugerah alam berupa sungai, pantai dan kesuburan tanah diolah sedemikian rupa dengan basis pariwisata. Apa pun sektor yang tersedia diarahkan untuk bersinergi mendulang wisatawan. Inilah yang belum dilakukan Kaltim.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved