Manusia Perahu

Lindsi Berat Hati Tinggalkan Tempat Penampungan di Berau

3 bulan di penampungan di Tanjung Batu, Berau, ada ikatan emosional manusia perahu dengan warga setempat.Lindsi pun menangis saat dipulangkan ke laut

TRIBUNKALTIM/GEFRY NECOLSEN
SEDIH - Lindsi, salah satu manusia perahu, menangis sedih, seraya melambaikan tangannya kepada warga Tanjung Batu, Rabu (14/1). Tiga bulan di penampungan ada jalinan emosional dengan warga setempat. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Kehadiran manusia perahu di Kabupaten Berau memang cukup merepotkan banyak pihak, tak terkecuali warga sekitar Tanjung Batu. Mayoritas warga berharap ratusan manusia perahu itu segera dipulangkan. (Baca juga: 588 Manusia Perahu Takut Dipulangka ke Malaysia)

Namun, saat manusia perahu itu dipulangkan, ternyata tidak sedikit warga yang merasa kehilangan, terutama para relawan wanita. Dari pantauan Tribun, ada beberapa relawan wanita yang menangis sambil melambai dan mengucapkan kata perpisahan dalam bahasa Bajau.

Rasna, salah satu relawan mengaku sudah mengenal dekat beberapa manusia perahu. Karena hampir setiap hari berinteraksi, mereka pun menjadi dekat secara emosional. "Setiap hari saya ketemu sama ibu-ibu itu, sering bermain sama anak mereka yang masih bayi," begitu mereka pulang rasanya sangat kehilangan," ujarnya sambil menghapus air mata.

Bahkan, saking perhatiannya terhadap anak-anak manusia perahu, Rasna bersama rekan-trekannya berinisiatif membeli makanan kecil untuk diajdikan cemilan anak-anak selama perjalanan.

Ratusan bungkus snack itu dibagikan ketika anak-anak beranjak ke atas kapal. Sebagian lagi berupa bungkusan besar makanan kecil dititipkan kepada para orangtuanya. Tidak hanya warga setempat yang merasa kehilangan.

Lindsi, salah satu wanita perahu tertangkap kamera Tribun sedang menangis dan melambai kepada warga setempat. Dia terlihat berusaha tegar. Tapi air matanya tetap mengalir saat kapal yang menjadi rumahnya selama ini beranjak dari dermaga Tanjung Batu.

Sambil memeluk salah satu anaknya, Lindsi terus melambaikan tangan. Lindsi adalah manusia perahu yang cukup populer di sekitar penampungan. Selain parasnya yang cantik, ibu dua anak ini juga kerap membuat ulah sehingga sering menjadi perhatian warga.

Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Camat Derwan, Husdiono, pernah suatu kali, Lindsi protes karena nasi bungkus yang diterimanya basi. "Padahal yang lain tidak ada yang protes, cuma dia saja yang berani protes," ujarnya.

Khawatir aksi protesnya itu menyinggung warga sekitar yang memasak untuk ratusan manusia perahu, Husdiono berusaha membujuknya agar tenang. Namun Lindsi keras kepala. Aksi protesnya itu pun diketahui para ibu relawan yang memasak makanan untuk mereka.

Meski begitu, saat Lindsi jatuh sakit, tak sedikit warga jatuh simpati kepadanya. Banyak warga yang datang menjenguknya dan memberikan pakaian yang terbilang bagus jika dibanding manusia perahu lainnya yang mengenakan pakaian lusuh.
Kini Lindsi dan keluarga besarnya harus meninggalkan Berau, namun ikatan emosional yang terbentuk memamg tak mudah dilupakan.(geafry necolsen)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved