Gosip Manca
Aniston: Bercerai dengan Brad Pitt Masa Suram dalam Hidup
Aniston bahkan sempat mengaku semakin depresi ketika dokter konsultasi langganannya meninggal dunia sehingga ia tidak bisa mencurahkan uneg-unegnya
lihat foto
TRIBUNKALTIM.CO – Jennifer Aniston selalu terlihat sempurna di mata penggemarnya tetapi ternyata aktris sesukses dirinya mengaku jika ia juga punya kekurangan. Pemeran Rachel dalam serial “Friends” membeberkan jika dirinya juga berjuang dalam mengekspresikan kemarahannya dan juga kecenderungannya menjadi seseorang yang sangat mengontrol.
Ia bahkan sempat mengaku semakin depresi ketika dokter konsultasi langganannya meninggal dunia sehingga ia tidak bisa mencurahkan uneg-unegnya.
“Masa itu merupakan masa yang paling muram dalam hidup saya. Saya baru saja menyelesaikan proses perceraian sehingga begitu banyak hal di luar kebiasaan terjadi. Sementara itu, sebelumnya saya sangat bergantung padanya. Saya selalu berkonsultasi padanya selama empat tahun. Jadi, ketika ia meninggal, saya memang bisa menerima keadaan tetapi tetap dalam keadaan yang sangat terkejut,” kenang Jen.
Jennifer kemudian menambahkan jika almarhumah terapis kejiwaannya itu mengajarkan dirinya untuk fokus pada isu-isu positif yang membangun pikiran dan mental yang sehat. Dengan begitu banyak pertemuan, ia mengaku belajar untuk mengubah cara berpikirnya dan kemampuannya berkomunikasi.
“Keberadaannya selalu mengajarkan saya bahwa dalam hidup kita harus berjuang sendiri untuk hidup yang lebih baik. Ia benar-benar membantu saya dalam bagaimana menghadapi kemarah dan belajar bagaimana mengekspresikan tanpa harus merasa takut jika responnya nanti di luar dugaan,” terangnya.
Sebagai ganti setelah meninggalnya terapis favoritnya, Jennifer kini mencoba untuk melakukan meditasi untuk bisa tetap berpikiran jernih dan sehat.
“Saya sangat disiplin pada diri saya sendiri untuk urusan bermeditasi ini. Setiap harinya, saya akan bermeditasi selama 20 menit di satu tempat kecil di dalam rumah yang memang saya siapkan khusus untuk bermeditasi. Waktu bermeditasinya tidak pernah menentu, tetapi biasanya sih setelah saya menenggak segelas kopi sebelum kekacauan (aktivitas sehari-hari) dalam hidup saya dimulai.” (*)
