Feature

Kasihan, Beruang Madu Dipukuli Hingga Buta, Kuku dan Taring Dicabuti

Beruang-beruang itu menjilati madu yang menempel di pohon, memungut buah-buahan, dan menangkap serangga.

TRIBUN KALTIM/MARTINUS WIKAN
Beruang madu saat mencari makanan di Enclosure Beruang Madu Balikpapan, pekan lalu. Di tempat ini ada tujuh beruang madu sitaan dari warga. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Mohamad Yoenus

TRIBUNKALTIM.CO - "Mohon untuk tidak berisik, memanggil beruang dengan nama apapun, memberi makan, dan merokok. Adik-adiknya dijaga agar tidak berteriak di enclosure beruang madu."

Begitu yang disampaikan Yana dan pemandu lain di pintu masuk kepada setiap pengunjung.

Di awal masuk, pengunjung diarahkan menyusuri jembatan sepanjang 200 meter ke sebelah kiri pintu masuk. Kemudian kembali ke arah kanan sekitar 300 meter.

BACA JUGA: Tiga Pria Selfie Sambil Membelah Perut Beruang Madu, Satwa Langka

Di ujung jembatan, kita akan disuguhi pemandangan lima beruang madu (Helarctos malayanus) yang sedang menikmati menu makan kedua mulai pukul 15.00 Wita.

Beruang-beruang itu menjilati madu yang menempel di pohon, memungut buah-buahan, dan menangkap serangga.(Baca: Beruang Madu Dikuliti lalu Dimakan Diunggah di Facebook)

"Beruang madu ini diberi makan dua kali dalam sehari, pukul 09.00 dan 15.00 Wita. Sebelumnya petugas menyebar makanannya di sekeliling lahan enclosure, tepat di sepanjang sisi jembatan sehingga pengunjung bisa melihat langsung beruang-beruang itu," ujar Yana di Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), Jalan Balikpapan-Samarinda, Kilometer 23, Sabtu (4/4/2015).

Tonton juag Vidoenya:  Gadis Cantik Ini Setia Menjadi Guide Pengunjung Beruang Madu

Dari lima beruang itu tampak beberapa di antaranya terluka. Misalnya beruang bernama Haris, yang mata kanannya buta.

"Sebelum disita mereka dipelihara oleh pemiliknya. Biasanya beruang ini sering meronta jika terlambat diberi makan, dan stres di kandang yang ukurannya sempit. Untuk mendiamkan, si pemilik memukul kepalanya sampai mata kanannya buta," kata Yana yang saat itu mengenakan seragam kaus hijau.

Hari yang kini berusia 15 tahun sempat mendapat perawatan tim dokter. Namun karena sudah terlalu parah dan lama tidak bisa lagi disembuhkan sehingga cacat seumur hidup. Meski demikian, Haris masih tampak lincah menjelajahi makanan dan berkeliling.

Nasib lebih menyedihkan dialami beruang bernama Beni. Kini tidak lagi memiliki kuku dan taring untuk mengucah makanannya. Si pemilik sebelumnya mencabutnya dengan alasan kebanggaan dan takut dicakar serta digigit.

"Ada beberapa orang yang merasa bangga dan hebat jika memiliki kuku dan taring beruang. Mereka merasa hebat karena telah mengalahkan beruang dan dijadikan kepercayaan tertentu. Ada juga yang takut, karena dipelihara di rumah, sehingga kuku dan taringnya dicabut," ungkap Yana.

Beni pun kini mengalami kesulitan memamah makanannya karena taringnya dicabut. Ia juga tidak lagi normal saat memanjat pohon untuk mengambil buah-buahan dan serangga.

(Baca: Beruang Madu Dianggap Telah Mendunia)

"Dampaknya pertumbuhan lambat dibanding yang lain. Tubuhnya lebih kecil meski usianya kini sudah 15 tahun," katanya.

Demikian juga dengan beberapa beruang madu lain. Mengalami luka meski tidak separah Haris dan Beni, yakni bekas jeratan dan pukulan. Yana mengatakan, semua beruang madu yang ada di enclosure ini merupakan sitaan dari warga.

"Seluruhnya ada tujuh ekor, yang lima dilepas di enclosure ini, sedangkan yang dua masih kecil, dipisahkan di kandang," ujar Yana.

Ia menjelaskan, Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup sudah ada sejak tahun 2002. Namun beruangnya belum sebanyak saat ini.

"Dulu masih di kandang-kandang belum ada enclosure. Baru sekitar tahun 2005 dimasukan ke enclosure dan tahun 2006 dibuka untuk pengunjung," katanya.

Di tanah seluas 1,3 hektare ini beruang tersebut dilepas layaknya di hutan yang ditumbuhi pemohonan, termasuk yang berbuah. Agar pola makan tidak terganggu, oleh karena itu pengunjung dilarang memberi makan dan berisik agar tidak terkejut dan lari.

Menurut Yana, dari semua jenis beruang di dunia, Beruang Madu memiliki lidah terpanjang, yakni 20 centimeter dan penciuman mencapai 200 meter. Jadi wajar jika bintang ini bisa mencium makanannya dalam jarak yang cukup jauh.

Setiap harinya, lanjut dia, ada sekitar puluhan hingga seratusan orang yang berkunjung ke tempat ini. Kecuali di hari libur besar seperti tahun baru, bisa mencapai ribuan orang. Tak hanya orang lokal, turis mancanegara banyak yang datang karena menyukai flora dan fauna.

Pengunjung bernama Indah misalnya. Sengaja membawa dua anaknya, Gafar dan Utri untuk mengenalkan hewan yang kini sulit dijumpai itu. "Sekalian isi libur dan kasih pendidikan kepada anak tentang beruang madu," ujar Indah.

Yana menuturkan, beruang madu merupakan Maskot Balikpapan. Namun, masih banyak warga Kota Minyak ini yang belum pernah melihat langsung hewan tersebut.

Di kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup ini juga terdapat dua pergola atau pusat informasi tentang beruang secara lengkap, termasuk jenis-jenisnya yang ada di dunia. Selain itu ada juga pergola tentang flora dan fauna yang dibuka secara gratis dan dibuka setiap hari. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved