Parenting
Tips Hadapi Anak Mengamuk
PERNAHKAH balita Anda mengekspresikan rasa amarahnya dengan mengamuk? Menangis histeris sambil berguling-guling atau berteriak teriak?
TRIBUNKALTIM.CO - PERNAHKAH balita Anda mengekspresikan rasa amarahnya dengan mengamuk?
Menangis histeris sambil berguling-guling atau berteriak teriak?
Perilaku balita seperti itu biasa disebut sebagai "temper tantrum."
Temper tantrum merupakan perilaku marah pada anak-anak pra sekolah.
Tantrum yang alami terjadi pada anak anak yang belum mampu menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan rasa frustasi mereka karena tidak terpenuhinya keinginan mereka. (Baca juga: Mengharukan, Bocah Minta 100 ribu Tandatangan Demi Selamatkan Nyawa Ibunya )
Kemarahan memang merupakan reaksi normal apabila keinginan atau kebutuhan anak tidak terpenuhi.
Sayangnya, reaksi ini bukan cara efektif untuk menunjukkan rasa marah.
Mungkin banyak orangtua yang bingung saat menghadapi anak temper tantrum seperti ini.
Kadang orangtua ikut emosional melihat anak bereaksi seperti itu.
"High intensity tantrum atau biasa disebut temper tantrum perilaku marah pada anak usia pra sekolah dua sampai empat tahun. Temper tantrum ditunjukkan dengan berbaring sambil menendang bahkan berteriak," kata Psikolog Cik Kusumawardhani.
(BACA: Mengajari Anak Mandiri Sesuai Usia)
Akan tetapi, kejadian temper tantrum, sambungnya, bakal berkurang seiring bertambahnya usia serta pemahaman yang juga meningkat.
Namun, tidak semua pada usia pra-sekolah mengalami temper tantrum.
"Tergantung dari pola asuh orang tuanya. Sebaiknya dilatih dari usia dini agar anak tidak menjadi temper tantrum. Sebagai komunikasi yang menurut anak efektif," ujarnya.
Apa penyebab terjadinya tantrum pada anak? Dari pemaparan ahli psikologi, kejadian temper tantrum disebabkan suatu keinginan yang harus dituruti.