Keluarga

Rahasia Keluarga Harnomis, Suami-Istri 9 Tahun Jarak Jauh Tetap Akur

"Saya empat tahun pacaran sampai sekarang sudah berkeluarga masih hubungan jarak jauh. Selama pacaran, sempat putus balik sih..," ujarnya.

Dokumentasi Pribadi
Keluarga Cecilia Lily Ratnasari dan Yohannes Bagus Setyawan (dokumentasi pribadi) 

TRIBUNKALTIM.CO - Empat tahun pacaran, Cecilia Lily Ratnasari harus menjalani hubungan jarak jauh. Wanita yang biasa disapa Cecil ini kembali menjalani long distance relationship (LDR) ketika kemudian hubungannya dengan Yohanes Bagus Setyawan berlanjut ke pelaminan.

Sembilan tahun rumah tangga yang dijalaninya dengan LDR bersama Bagus tetap harmonis.

Ingin selalu bersama tanpa harus dipisahkan laut, udara, pulau, samudera, itulah yang ada di benak Cecil. Tapi, harapan itu belum bisa digapai karena sang suami masih dipercayakan untuk bekerja di wilayah berkonflik atau terkena bencana.

Sebuah hubungan, entah itu masih berstatus pacaran atau sudah berkeluarga pastinya tidak ingin jauh dari pasangannya. Akan tetapi, bagi Cecil, hubungan jarak jauh sudah dirasakan sejak 2006 silam.

Di awal hubungannya dengan Bagus, sempat terbesit dibenak si wanita untuk mencari tambatan hati ke pria lain. Namun, Tuhan berkehendak bahwa Bagus panggilan suami Cecil adalah jodohnya. "Saya empat tahun pacaran sampai sekarang sudah berkeluarga masih hubungan jarak jauh. Selama pacaran, sempat putus balik sih..," ujarnya.

 
Keluarga Cecilia Lily Ratnasari dan Yohanes Bagus Setyawan (dokumentasi pribadi)

Baca juga:  Kapan Waktu yang Tepat Anak Boleh Dibelikan HP

Kerinduan begitu mendalam, pasti dirasakan wanita berusia 34 tahun tersebut. Saat ini, mereka dikaruniai satu anak perempuan berusia 5 tahun dan satu anak laki-laki, usia 7 tahun. Sang suami atau ayah dengan dua anak, buah perkawinan mereka sejak November 2006 lalu saat ini berada di Amman, ibukota Yordania. Komunikasi melalui telepon seluler (ponsel), jadi pilihan tepat melepas kerinduan.

"Saya dan anak-anak komunikasi terus lewat video call. Kecuali lokasinya susah sinyal. Mau nggak mau hanya mendengar suaranya saja. Tapi, nggak apa-apa, yang penting tahu kabar keadaannya," ujarnya.

Ya, sinyal yang susah, pernah dialami Cecil. Tetapi, Cecil tidak menyerah begitu saja. Cara menghubungi melalui nomor ponsel teman-teman suaminya, dia lakukan. Bahkan, tanpa tahu kabar si suami juga pernah Cecil rasakan. Sang suami merupakan pekerja bergerak di lembaga kemanusiaan, Oxfam.

"Pernah waktu itu dia ke Aceh ke wilayah yang benar-benar susah sinyal. Sebelum ke wilayah itu, dia sudah bilang sinyal telepon agak susah. Saya minta nomor telpon lain temannya atau telpon kantor yang bisa dihubungi. Sempat seminggu kita nggak ada komunikasi. Itu kejadiannya pas anak pertama saya lahir tahun 2008. Seminggu usianya, dia baru tahu kabar saya melahirkan," katanya.

Baca juga: Tips Hindari Meningitis Tidur 8 Jam dan Makan Teratur

Selain komunikasi, Cecil memiliki kesibukan. Dia mempunyai peternakan penghasil telur ras terbesar di Balikpapan dengan nama perusahaan CV. Handayani Mitra Usaha.

"Kebetulan saya punya usaha ternak telur ayam ras di Kilo 28, tapi kantornya di Kilo 16. Jadinya, nggak begitu galau mikirin suami. Anak-anak juga saya sering ajak jalan, ngumpul bareng teman kalau nggak ada kegiatan les. Selama setahun lebih saya nggak pakai pembantu, jadinya apa-apa kerjakan sendiri. Nambah-nambah kesibukan," ungkapnya.

Baca Juga: Waspada Demam Naik Turun Bisa Jadi Gejala Meningitis

Komitmen, Saling Percaya, dan Support

LONG distance relationship (LDR) menurut AKP Hasan Ariyanto S.psi, M.psi, Kasubbag Psikologi Personil (Psipers) biro SDM Polda Kaltim, terjadi ketika salahsatu pasangan ditugaskan berpindah-berpindah kota atau negara. Bisa juga si pasangan entah itu wanita maupun pria mengenyam pendidikan.

 
Menjaga dan mempertahankan relasi kendatipun hidup berjauhan (hercampus.com)
 

Dia mengemukakan, LDR hubungan yang masih berstatus pacaran atau berkeluarga, secara psikis berbeda ketika mengalaminya. "Yang jelas perbedaannya dari sisi komitmen. Kalau pacaran, masih belum punya hubungan kuat. Kalau orang sudah berkeluarga pasti kuat komitmennya," katanya.

Dia menceritakan beberapa kasus para pejabat di Kabupaten Nunukan yang alami perselingkuhan akibat hubungan LDR. "Ada beberapa kasus, kalau di Polda Kaltim di Nunukan. Di sana pejabatnya tidak membawa istri. Entah itu disengaja atau tidaknya. Yang pasti ada beberapa kasus terjadi perselingkuhan akibat LDR. Tetapi, kembali ke komitmen yang dibuat atau diucapkan," ungkapnya.

Sebaiknya, imbau Hasan, bagi yang berkeluarga, hendaknya menyertai mereka. Entah itu ketika saat sang suami berpindah tugas atau mengenyam pendidikan.

"Sebenarnya mengimbau para pejabat untuk membawa istrinya, mencegah perselingkuhan. Ketika berdekatan ada passion untuk bekerja, tetapi kalau jauh justru tidak," imbaunya.

Walaupun suami atau istri membuat keputusan tidak memboyong Anda berpindah kota atau daerah, ahli psikologi klinis di Polda Kaltim ini menyarankan agar saling percaya, berkomunikasi, dan mendukung salah satu pasangannya ketika bertugas.

"Bagi yang sudah married, ada baiknya si istri atau suami harus saling percaya. Terus berikan bentuk supporting kepada pasangannya. Komunikasi juga rutin, tetapi jangan ketika berkomunikasi malah bertanya seperti orang yang posesif. Bukannya dukung, malah membebani dan jadi pikiran," katanya.

Di jaman teknologi serba canggih, menurut Hasan, membuat kedua pasangan tidak sulit menjalin komunikasi. Ditambah, fitur-fitur aplikasi dilengkapi video call.

"Sekarang kan gadget sudah ada skype terus bisa video call, pastinya untuk komunikasi gampang banget. Nggak kayak jaman dulu, masih jamannya surat-suratan. Nggak bisa bertatap muka secara komunikasi," katanya. So, bagi kalian yang sedang berstatus LDR, saling support dan trusted ya.

Tips

- Komitmen dalam suatu hubungan;
- Saling percaya;
- Supporting atau memberikan dukungan;
- Intens berkomunikasi; dan
- Ketika berkomunikasi, hendaknya tidak menanyakan hal-hal dengan sikap posesif.

Quality Time Bersama Anak

Ketika akhirnya Cecil dan Bagus punya waktu bertemu. Itulah saat paling berharga.

"Intensnya kalau dia balik, bisa sampai sebulan. Bisa lebih, tergantung kondisi di kantornya. Misal visanya agak susah diurus kalau negaranya agak susah didatangin. Jadi, dia benar-benar quality time dengan anak-anak," kata Cecil.

Cecil pada awal menikah November 2006 silam, sempat mengikuti sang suami berpindah ke Lhokseumawe, Aceh pasca-tragedi tsunami. Tetapi, kebersamaan itu hanya mereka rasakan selama 3 tahun. Setelah sang istri memutuskan kembali ke Balikpapan.

"Dulu saya tiga tahun ikut suami ke Aceh setelah tsunami. Waktu itu saya ditawarin, mau pindah ke Bandung, Yogyakarta atau Balikpapan. Ya.. saya pilih ke Balikpapan karena ada usaha ternak itu. Usaha saya itu sudah ada tahun 2003," katanya.

Walaupun jauh, ada kala Cecil serta kedua anaknya menyambangi langsung sang suami jika lokasi mudah dijangkau. "Kalau masih sekitaran Asia sih, kadang saya sama anak-anak samperin," ujarnya.

Ada rasa mengeluh di hati Cecil, ingin selalu bersama. Tetapi, sang suamilah yang memiliki keputusan.

"Pernah saya bilang ke suami, kenapa nggak kerja lain. Tapi, suami saya itu bisa buat hati saya luluh. Dia bilang, saya harusnya bersyukur masih bisa makan enak di tempat yang aman. Dibandingkan masyarakat yang terkena musibah, apalagi di negara konflik. Di situ keegoisan saya mulai luluh. Nanti saat suami saya sudah berasa lelah, mungkin saat itu dia putuskan berhenti," katanya. (Ade Miranti)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved