Kakek Penambal Jalan Ini Tolak Tawaran Bedah Rumah dari Walikota
Mbah Dul menambal jalan yang berlubang dengan bongkahan aspal yang tidak dipakai
TRIBUNKALTIM.CO - Abdul Sukur (65) atau yang akrab disapa Mbah Dul mendadak tenar sepekan terakhir. Hari ini dan besok, dia dijadwalkan menghadiri wawancara eksklusif televisi swasta nasional di Jakarta.
Senin (18/5/2015) kemarin dia juga diundang Ketua DPRD Surabaya, dan beberapa hari sebelumnya juga diundang Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di kediamannya.
Ketenaran Mbah Dul berangkat dari aksinya menambal jalan berlubang. Kakek yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak ini sudah 10 tahun terakhir menambal jalan berlubang di sekitar rumahnya.
Aktivitasnya itu biasa dilakukan pada malam hari setelah penumpang becak dianggap sudah sepi. Mbah Dul menambal jalan yang berlubang dengan bongkahan aspal yang tidak dipakai.
Bongkahan aspal itu diangkutnya dengan becak ke lokasi jalan berlubang yang akan ditambal. Empat ruas jalan di Surabaya utara tidak luput dari pantauannya, yakni Jalan Gembong Tebasan, jalan di sekitar perlintasan Kereta Api ITC, Bunguran, dan Jalan Tambak Rejo.
BACA juga: Kisah Mbah Jan, Pawang Hujan Sangatta yang Dibayar Sukarela
Aksinya itu diapresiasi Walikota Risma. Pemerintah Kota Surabaya pun menawarkan program bedah rumah untuk kakek delapan cucu itu. Namun dia menolaknya.
Bukan hanya itu, Mbah Dul juga menolak saat Risma menawarinya bekerja sebagai mandor proyek perbaikan jalan di Dinas PU Kota Surabaya.
"Ayah saya mengaku ikhlas dan tidak berharap imbalan apapun, karena itu dia menolak," kata putri kelima Mbah Dul, Suwarni, Senin (18/5/2015) malam.
Mbah Dul beserta sejumlah anggota keluarganya tinggal di pemukiman padat penduduk di Jalan Tambak Segaran I/27 Surabaya.
BACA juga: Mbah Rono Meluruskan Istilah "Lahar Dingin" Lewat Facebook
Program bedah rumah yang ditawarkan Pemkot Surabaya, karena memang tempat tinggal Mbah Dul jauh dari kesan rumah layak huni.
Dalam satu blok, ada beberapa keluarga yang tinggal. Mbah Dul, mendiami salah satu ruang blok di rumah nomor 27.
Mbah Dul, kata Suwarni juga merasa cukup dengan apa yang didapatkan dari pekerjaannya sebagai tukang becak.
"Ayah saya takut jika menerima sesuatu, akan mengurangi keikhlasannya menambal jalan," tambah Suwarni. (*)