Ramadhanku
Warna Merah dan Kuning Jadi Ciri Khas Masjid Cheng Hoo di Desa Ini
Kasim muslim kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok --Kaisar Ketiga Dinasti Ming pernah berlayar ke Indonesia hingga 7 kali.
Penulis: Rahmad Taufik |
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Nama Laksamana Cheng Hoo tentu tak asing lagi. Kasim muslim kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok --Kaisar Ketiga Dinasti Ming pernah berlayar ke Indonesia hingga 7 kali.
Ketenaran pelaut Cheng Hoo mengarungi jalur laut sutra dengan misi dagang dan penyebaran Islam diabadikan menjadi nama masjid di sejumlah kota, termasuk Masjid Muhammad Cheng Ho di Desa Batuah Km 20, Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Sepintas Masjid Cheng Hoo di Desa Batuah mirip bangunan klenteng, tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa.
Yang membedakan, keberadaan kubah di atas atap bertingkat. Sejak awal pembangunan masjid hingga diresmikan pada 2007 lalu, kubah belum dipasang. Baru pada 2009, seorang warga menyumbangkan kubah untuk Masjid Cheng Hoo.
Masjid ini dibangun atas prakarsa Jos Soetomo, pengusaha ternama Kaltim. Jos Soetomo yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Cheng Hoo ini membeli tanah dari masyarakat sekitar dan sepupunya.
Baca: Masjid Agung Bukit Pelangi Dilengkapi Menara 99
Di atas lahan seluas 54x36 meter itu, masjid bergaya arsitektur Tionghoa berdiri. Masjid itu didominasi warna merah dan kuning. Masjid ini sempat dua kali berganti nama. Awalnya, dibangun pada 2006 silam ini diberi nama Miftahul Nur, kemudian Jos meminta nama masjid diganti Al Cheng Hoo.
Hingga pada 2012, masjid ini resmi diganti nama menjadi Masjid Muhammad Cheng Hoo.
Sebuah plakat bertuliskan Masjid Muhammad Cheng Hoo lengkap dengan tulisan Tionghoa dipesan langsung dari Surabaya. Plakat itu dipasang di atas pintu gerbang masjid yang dikelilingi 12 pilar yang dicat merah.
"Awalnya pilar ini dibangun dan dilapisi keramik putih. Kemudian Pak Jos meminta agar pilar keramik itu disemprot cat merah," kata Nurdin, Sekretaris Masjid Cheng Hoo Desa Batuah.
Baca: Masjid Nurul A'la, Dulunya Tempat Mejeng Para Meneer Belanda
Pagar masjid dicat kuning. Posisi masjid terletak di tanjakan jalan sehingga angin semilir mudah menerobos di serambi. Biasa di serambi masjid ini lah para sopir, masyarakat luar kota yang kebetulan singgah untuk melepas penat. Bahkan, sejumlah sopir truk luar kota kerap istirahat di serambi masjid.
"Kalau malam hari, banyak truk parkir di depan masjid. Sopir truk singgah ke masjid istirahat. Jelang Subuh, mereka sudah meninggalkan masjid," tutur Nurdin.
Masjid ini difungsikan pada Juli 2007. Bagian dalam masjid ukuran 9x9 meter ini mampu menampung hingga 90 orang jamaah. Jika shalat Jumat, jamaah meluber hingga serambi masjid. Sejumlah ustad kondang dan pejabat pernah shalat di Masjid Cheng Hoo, seperti Ustad Yusuf Mansur, Dahlan Iskan hingga Gubernur Awang Faroek Ishak.
Masjid Cheng Hoo sendiri ada 8 di Indonesia, termasuk di Desa Batuah. Sejumlah pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sering datang ke Masjid Cheng Hoo Batuah pada setiap perayaan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi dan Isra Miraj.
Selama Ramadhan, pengurus masjid menyediakan menu berbuka dengan kapasitas 200 orang. "Ibu-ibu memasak menu buka pada sore hari, seperti sop, soto dan rawon. Serambi masjid penuh dengan jamaah yang mau berbuka," ucap Nurdin.
Anggaran berbuka ini diperoleh dari sumbangan warga sekitar. Satu hari mereka bisa menghabiskan anggaran minimal Rp 1 juta. (*)