Kolom Rehat

Lebaran Copy-paste

Bahkan banyak juga teman-teman non-muslim mendapat pesan ucapan selamat Lebaran dari teman mereka yang juga non-muslim. Lucu juga, ya.

oleh: ARIF ER RACHMAN

HARI Raya Idul Fitri dirayakan umat Islam di seluruh dunia, tapi tradisi Lebaran boleh jadi hanya ada di Indonesia. Ini sebuah keunikan tersendiri dan tentu saja ini sah-sah saja.

Kalau baik, sedianya justru terus dilestarikan. Kenapa tidak?

Lebaran di Indonesia dengan tradisi saling maaf-memaafkannya bukan hanya dirayakan oleh umat muslim, tapi juga dimeriahkan oleh saudara-saudara kita yang berbeda agama.

Contohnya, saya sering mendapat kartu ucapan, SMS, dan broadcast ucapan 'minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin' dari teman-teman yang non-muslim.

Bahkan banyak juga teman-teman non-muslim mendapat pesan ucapan selamat Lebaran dari teman mereka yang juga non-muslim. Lucu juga, ya.

Dalam satu dasawarsa terakhir, kehadiran berbagai gawai (gadget) canggih dan beragam media sosial membuat orang semakin mudah untuk menemukan dan berhubungan kembali dengan kawan-kawan lama, baik kawan dekat maupun kenalan singkat.

Artinya, semakin mudah juga untuk meminta maaf dan menerima maaf atas dosa-dosa dan kesalahan yang mungkin dilakukan kepada sesama kita.

Dosa kepada sesama memang harus dilebur dengan saling memaafkan, tak cukup hanya minta ampun kepada Tuhan.

Begitulah, dengan gawai dan media sosial memang mudah untuk menyampaikan pesan ucapan selamat Lebaran. Sangat mudah malah: hanya satu-dua kali tekan keypad pesan sudah sampai sekaligus ke semua nama yang ada di kontak atau di lingkaran pertemanan.

Kata-kata ucapan selamat dan permintaan maaf yang puitis pun tidak lagi jadi persoalan. Tinggal salin-tempel (copy-paste) dari pesan yang didapat sebelumnya.
Mudah? Ya. Baik? Nanti dulu!

Kemudahan seperti itu ternyata gampang membuat kita abai: asal kirim pesan Lebaran copy-paste ke semua kontak tanpa mengganti terlebih dahulu dengan nama orang yang dituju. Bahkan kadang nama pengirim atau nama yang dituju sebelumnya masih ada dalam pesan yang di-broadcast.

Hal begitu bukan saja memalukan tapi juga menunjukkan tidak adanya kesungguhan dan mungkin juga tanpa ketulusan. Bukankah dosa antar sesama yang bisa lebur saat Lebaran itu adalah ketika tiap individu meminta maaf dan saling memaafkan dengan kesungguhan dan ketulusan?

Ah, saya jadi kangen masa ketika tidak ada gawai dan media sosial. Saat itu saya menulisi dengan tangan satu per satu ucapan Lebaran pada tiap kartu yang akan saya kirimkan pada sanak- saudara dan handai-taulan.

Ketika menuliskan nama-nama yang dituju, saya jadi ingat kenangan- kenangan bersama dan kesalahan-kesalahan yang mungkin saya lakukan terhadap mereka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Maraknya Fenomena Sound Horeg

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved